TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah menjadi pukulan berat bagi Nigeria, salah satu negara paling padat dengan perekonomian terbesar di Benua Afrika. Harga kebutuhan pokok seperti telur, bawang dan minyak goreng, naik sampai 30 persen bahkan lebih.
Buruknya pukulan pandemi Covid-19 telah membuat hanya segelintir warga yang mampu memangkas rambut ke salon. Mereka yang ke salon pun, banyak yang berharap bisa mendapatkan diskon.
“Uang rasanya tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan kami,” kata Shehu Ismaila Gbadebo, 38 tahun, penata rambut, yang membandrol USD 1,2 untuk jasa potong rambut darinya.
Pelajar asal Nigeria, Franca mendisinfeksi tombol lift di Universitas Barat Daya di Chongqing, Cina, 18 Februari 2020. Sejumlah mahasiswa asing di Chongqing turut ambil bagian dalam kampanye pencegahan penyebaran virus Corona. Xinhua/Wang Quanchao
Jutaan warga Nigeria seperti Gbadebo, terseok-seok dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga. Data Bank Dunia memperkirakan, sekitar 18 persen dari rumah tangga di Nigeria punya satu orang dewasa yang tidak makan seharian. Jumlah itu naik dibanding kondisi sebelum pandemi Covid-19, yang besar 6 persen.
Inflasi di Nigeria nyaris menyentuh angka tertinggi. Harga makanan naik hampir 70 persen.
PBB memperingatkan impor bahan makanan dari seluruh dunia diperkirakan menyentuh rekor tertinggi pada tahun ini. Sebab kenaikan harga terjadi pada hampir semua komoditas pertanian dan kenaikan harga energi yang mendorong biaya produksi serta ongkos pengiriman.
Akan tetapi, inflasi yang tinggi ditambah dengan dampak ekonomi, membuat angka pengangguran di Nigeria meningkat dan ketidak-amanan di area-area pertanian telah menyeret kalangan kelas menengah ke dalam lembah kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya. sejumlah ahli memperingatkan kasus kurang gizi di Nigeria akan memburuk dan potensi munculnya kerusuhan.
Baca juga: Kemiskinan Bikin Perempuan di Nigeria Rela Jual Diri Demi Indomie
Sumber: Reuters