TEMPO.CO, Jakarta - Kerusuhan dan penjarahan yang terjadi di Afrika Selatan tidak hanya mengancam bisnis, tetapi juga nyawa warga lokal. Di kota Durban, seorang ibu sampai harus melempar anaknya dari gedung pencakar langit karena gedung yang mereka datangi dibakar perusuh.
Dikutip dari kantor berita Reuters, hal itu terjadi pada Selasa lalu. Sang ibu, Naledi Manyoni (26), tengah berada di lantai 16 bersama anak perempuannya ketika tiba-tiba gedung diserbu dan dibakar. Ia kemudian mencoba kabur lewat jalur biasa, namun situasi sudah terlalu genting.
Tidak yakin akan mampu menembus kekacauan di lantai dasar, Manyoni memutuskan untuk melempar anaknya dari ketinggian kepada warga di luar. Menurutnya, itu sudah cara paling aman dibanding memaksakan kabur. Beruntung, warga di luar berhasil menangkap anaknya ketika dilempar.
"Saya sempat syok, namun mereka berhasil menangkap putri saya dari ketinggian. Ia berkali-kali mengatakan saya telah melemparnya. Ia sangat ketakutan," ujar Manyoni, dikutip dari Reuters, Kamis, 15 Juli 2021.
Manyoni berkata, sebenarnya ia nyaris putus asa ketika situasi kian tak terkendali. Ia pun ragu melempar anaknya ke para warga memungkinkan untuk dilakukan. Walau begitu, keputusan akhirnya diambil karena Manyoni tidak mau kabur seorang diri dan menelantarkan anaknya di gedung terbakar.
Sebuah pusat perbelanjaan terbakar saat kerusuhan di Pietermaritzburg, Afrika Selatan, 13 Juli 2021. Afrika Selatan dilanda kerusuhan terburuk setelah dipenjaranya mantan Presiden Jacob Zuma hingga menimbulkan aksi protes yang kian meluas. Sibonelo Zungu/via REUTERS
Per berita ini ditulis, kerusuhan dan penjarahan masih terjadi di Afrika Selatan. Korban pun berjatuhan. Total, ada 70 orang yang tewas selama kerusuhan dan penjarahan berlangsung. Dari sisi bisnis, ratusan usaha harus tutup agar terhindar dari amuk massa.
Dari sekian banyak bisnis, Mal dan toko gudang rabat menjadi sasaran penjarahan paling populer. KwaZulu-Natal menjadi kota favorit para penjarah, diikuti pusat bisnis Johannesburg, Afrika Selatan.
Adapun kerusuhan dan penjarahan dipicu penahanan mantan Presiden Jacob Zuma yang telah divonis 15 bulan penjara. Menurut loyalisnya, penangkapan Zuma adalah upaya politik untuk menyingkirkan ia dari pemerintahan sekaligus sebagai serangan terhadap etnis Zulu. Zuma sendiri divonis karena kabur dari persidangan soal tuduhan korupsi olehnya.
Beberapa penjarah berdalih aksi mereka tidak sepenuhnya atas nama Zuma, tetapi atas nama kemiskinan. Penangkapan Zuma hanya pemicu awal saja. Problem utama, kata mereka, kemiskinan terjadi di mana-mana diikuti dengan mulai berkurangnya cadangan makanan di Afrika Selatan.
Untuk mengendalikan aksi kerusuhan dan penjarahan yang ada, Pemerintah Afrika Selatan berencana menerjunkan 25 ribu personil militer ke dua kota, KwaZulu-Natal dan Gauteng.
Baca juga: 72 Orang Afrika Selatan Tewas dalam Kerusuhan Memprotes Penahanan Jacob Zuma
ISTMAN MP | REUTERS