TEMPO.CO, Jakarta - Afrika Selatan dilanda kerusuhan. Massa menjarah toko-toko dan kantor-kantor pada Rabu, 14 Juli 2021. Mereka menentang seruan pemerintah untuk mengakhiri kekerasan yang sudah berlangsung satu pekan terakhir dan menewaskan lebih dari 70 orang.
Kerusuhan terburuk di Afrika Selatan ini telah menghancurkan ratusan bisnis dan mengganggu rumah sakit yang sedangn berjuang mengatasi gelombang ketiga COVID-19. Kerusuhan menyebabkan kilang minyak terpaksa ditutup.
Protes dipicu oleh pemenjaraan mantan presiden Jacob Zuma karena tidak hadir dalam penyelidikan korupsi pekan lalu. Aksi massa meluas menjadi penjarahan dan luapan kemarahan atas kesulitan dan ketidaksetaraan yang bertahan 27 tahun setelah berakhirnya apartheid.
Pusat perbelanjaan dan gudang telah digeledah atau dibakar di beberapa kota, sebagian besar di rumah Zuma di provinsi KwaZulu-Natal. Kerusuhan parah terjadi di pusat keuangan dan ekonomi Johannesburg dan sekitar provinsi Gauteng.
Kerusuhan semalam emalam menyebar ke dua provinsi lain yaitu Mpumalanga, tepat di sebelah timur Gauteng, dan Tanjung Utara.
Seorang fotografer Reuters melihat beberapa toko dijarah di kota Hammersdale, Kwazulu-Natal, pada hari Rabu. Sementara itu, stasiun TV lokal menunjukkan lebih banyak penjarahan toko-toko di kota terbesar di Afrika Selatan, Soweto dan di kota pelabuhan Durban di Samudera Hindia.
Tentara telah dikirim ke jalan-jalan untuk membantu polisi mengatasi kerusuhan di beberapa tempat seperti di Johannesburg.
Kerusuhan mengganggu operasional rumah sakit. The National Hospital Network yang mewakili 241 rumah sakit umum sedang berada di bawah tekanan akibat epidemi COVID-19. Kondisi di Afrika Selatan adalah yang terburuk di Afrika. Rumah sakit tersebut kehabisan oksigen dan obat-obatan, yang sebagian besar diimpor melalui Durban, serta makanan.
"Dampak penjarahan dan perusakan memiliki konsekuensi yang mengerikan di rumah sakit," kata pejabat di The National Hospital Network. "Dan pusat pandemi berada di provinsi yang dikepung."
Kemiskinan dan ketidaksetaraan yang memicu kerusuhan kian parah akibat pembatasan sosial dan ekonomi yang ketat. Lockdown semula bertujuan mengekang COVID-19.
Perserikatan Bangsa-Bangsa di Afrika Selatan menyatakan keprihatinan bahwa gangguan transportasi untuk pekerja akibat kerusuhan kian memperburuk keadaan."Ini akan memperburuk. Pengangguran, kemiskinan dan ketidaksetaraan," kata PBB dalam sebuah pernyataan.
Zuma, 79, dijatuhi hukuman bulan lalu karena menentang perintah pengadilan untuk memberikan bukti pada penyelidikan. Zuma sedang diselidiki terkait penjarahan tingkat tinggi selama sembilan tahun menjabat hingga 2018.
Dia juga menghadapi persidangan dalam kasus terpisah yiatu tuduhan korupsi, penipuan, pemerasan dan pencucian uang. Mantan presiden itu mengaku tidak bersalah di pengadilan pada Mei lalu.
Lembaga penegak hukum Afrika Selatan menyatakan akan menghukum pelaku kerusuhan dan penjarahan atau yang menghancurkan. Pasukan keamanan telah menangkap lebih dari 1.200 orang terduga kerusuhan.
Baca: 72 Orang Afrika Selatan Tewas dalam Kerusuhan Memprotes Penahanan Jacob Zuma
REUTERS