TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 72 orang telah tewas dalam kerusuhan terburuk di Afrika Selatan dalam beberapa hari terakhir, dengan polisi dan tentara berupaya mengembalikan ketertiban setelah protes penahanan mantan pemimpin Jacob Zuma.
Protes meletus pekan lalu ketika mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, 79 tahun, menyerahkan diri kepada pihak berwenang untuk menjalani hukuman penjara 15 bulan karena penghinaan terhadap pengadilan. Dia telah menolak untuk hadir di komisi anti-korupsi untuk menghadapi beberapa tuduhan, termasuk penyuapan dan penipuan, yang telah berulang kali dia bantah.
Dikutip dari CNN, 14 Juli 2021, di antara korban jiwa dalam kekerasan itu adalah 10 orang yang tewas terinjak-injak di kotapraja Soweto, kata juru bicara Kementerian Kepolisian Lirandzu Themba. Lebih dari 1.200 lainnya telah ditangkap di provinsi KwaZulu-Natal, tempat asal Zuma, dan Gauteng.
Selama hampir seminggu, pengunjuk rasa dan penjarah telah membakar mal dan bentrok dengan polisi, yang telah membalas dengan peluru karet dan sekarang sangat kewalahan sehingga militer dikerahkan untuk membantu polisi.
Seorang pekerja menggunakan ponselnya duduk di sebuah toko yang dijarah ketika Afrika Selatan mengerahkan tentara untuk memadamkan kerusuhan terkait dengan pemenjaraan mantan Presiden Jacob Zuma, di Soweto, Afrika Selatan, 13 Juli 2021. [REUTERS/Siphiwe Sibeko]
Pejabat keamanan mengatakan pemerintah sedang bekerja untuk menghentikan penyebaran kekerasan dan penjarahan, yang telah menyebar dari tempat asal Jacob Zuma di provinsi KwaZulu-Natal (KZN) ke kota terbesar di negara itu Johannesburg dan sekitar provinsi Gauteng, dan ke kota pelabuhan Samudera Hindia Durban, Reuters melaporkan.
"Ada laporan kekerasan sporadis di dua provinsi lain juga dan petugas penegak hukum berpatroli di daerah-daerah ancaman yang diidentifikasi dalam upaya untuk mencegah kemungkinan kriminalitas oportunistik," kata South African Police Service (SAPS).
Mantan Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma. Sumber: Michele Spatari /Pool via Reuters/aljazeera.com
Jacob Zuma, 79 tahun, dijatuhi hukuman bulan lalu karena menentang perintah pengadilan konstitusi untuk memberikan bukti pada penyelidikan yang menyelidiki korupsi tingkat tinggi selama sembilan tahun menjabat hingga 2018.
Dia juga menghadapi persidangan dalam kasus terpisah atas tuduhan termasuk korupsi, penipuan, pemerasan dan pencucian uang. Dia mengaku tidak bersalah di pengadilan pada bulan Mei.
Yayasan Zuma mengatakan tidak akan ada perdamaian di Afrika Selatan sampai mantan presiden dibebaskan dari penjara.
"Perdamaian dan stabilitas di Afrika Selatan secara langsung terkait dengan pembebasan Presiden Zuma dengan segera," katanya di Twitter.
"Kekerasan itu bisa dihindari. Dimulai dengan keputusan mahkamah konstitusi untuk menahan presiden Zuma...Ini yang membuat marah rakyat," kata juru bicara yayasan mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, Mzwanele Manyi, kepada Reuters dalam keterangan terpisah.
Baca juga: Mal Afrika Selatan Dijarah Akibat Kasus Jacob Zuma, 10 Jenazah Ditemukan
CNN | REUTERS