TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pemimpin geng paling berpengaruh di Haiti pada Sabtu mengatakan anak buahnya akan turun ke jalan untuk memprotes pembunuhan Presiden Jovenel Moise, mengancam akan membuat negara Karibia yang miskin itu semakin dalam ke dalam kekacauan.
Jimmy Cherizier, seorang mantan polisi yang dikenal sebagai Barbecue yang memimpin federasi G9, salah satu dari sembilan geng berkuasa, mencerca polisi dan politisi oposisi yang dia tuduh berkolusi dengan "borjuasi busuk" untuk "mengorbankan" Moise minggu ini.
"Itu adalah konspirasi nasional dan internasional terhadap rakyat Haiti," katanya dalam pidato video, mengenakan seragam militer khaki dan duduk di depan bendera Haiti, dikutip Reuters, 11 Juli 2021.
"Kami memberitahu semua pangkalan untuk memobilisasi, memobilisasi dan turun ke jalan untuk mengungkap pembunuhan presiden."
Jovenel Moise ditembak mati sebelum fajar pada hari Rabu di rumahnya di Port-au-Prince oleh apa yang dikatakan otoritas Haiti sebagai unit pembunuh terlatih yang terdiri dari 26 orang Kolombia dan dua orang Amerika-Haiti.
Presiden Haiti Jovenel Moise berbicara selama upacara penobatan komite penasihat independen untuk penyusunan konstitusi baru di Istana Nasional di Port-au-Prince, Haiti 30 Oktober 2020. [REUTERS/Andres Martinez Casares/File Photo]
Pembunuhan dan plot yang masih samar telah menyebabkan ketidakstabilan politik lebih lanjut di negara yang telah lama bermasalah, mendorong pemerintah untuk meminta bantuan AS dan PBB.
Cherizier mengatakan para pengikutnya akan melakukan kekerasan dan mengancam tokoh bisnis keturunan Suriah dan Lebanon yang mendominasi ekonomi kembali, untuk mengembalikan negara.
"Sudah waktunya bagi orang kulit hitam dengan rambut keriting seperti kita untuk memiliki supermarket, memiliki dealer mobil, dan memiliki bank," katanya.
Kekhawatiran akan memburuknya bentrokan membuat warga gelisah di Port-au-Prince, yang telah dilanda kekerasan selama berminggu-minggu ketika anggota geng bertempur melawan polisi untuk menguasai jalan-jalan.
"Mereka benar-benar tidak memiliki kapasitas untuk menangani keamanan," kata warga kota Benoit Jean. "Tidak ada cukup polisi."
Pernyataan pemerintah perihal pembunuhan Moise memicu keraguan publik. Kerabat dari dua eks tentara Kolombia yang dituduh pemerintah Haiti terlibat pembunuhan mengatakan mereka telah disewa sebagai pengawal.
Sebelumnya pada hari Sabtu, janda Moise Martine Moise, yang terluka dalam serangan itu, menuduh musuh bayangan merencanakan pembunuhannya untuk menggagalkan perubahan demokrasi.
"Mereka mengirim tentara bayaran untuk membunuh presiden di rumahnya bersama anggota keluarganya karena jalan, air, listrik dan referendum serta pemilihan umum di akhir tahun sehingga tidak ada transisi di negara ini," katanya.
Para tersangka pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise ditunjukkan kepada media di Port-au-Prince, Haiti, 8 Juli 2021. REUTERS/Estailove St-Val
Tujuh belas orang yang diduga terlibat dalam pembunuhannya ditangkap setelah baku tembak dengan pihak berwenang Haiti di pinggiran Port-au-Prince, sementara tiga tewas dan delapan masih buron, kata polisi.
Orang-orang Kolombia yang ditahan mengatakan mereka direkrut untuk bekerja di Haiti oleh perusahaan CTU Security yang berbasis di Miami, yang dijalankan oleh emigran Venezuela Antonio Enmanuel Intriago Valera, Miami Herald melaporkan.
Panggilan dan email ke CTU Security tidak segera dijawab pada hari Sabtu. Intriago tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
Pejabat Haiti belum memberikan motif pembunuhan atau menjelaskan bagaimana para pembunuh melewati detail keamanan Moise.
Jovenel Moise telah menyinggung adanya kekuatan gelap di balik kerusuhan dan oligarki yang marah. Jovenel Moise mengatakan ingin membersihkan kontrak pemerintah dan politik, dan mengusulkan referendum untuk mengubah konstitusi Haiti.
Referendum, yang dijadwalkan pada 26 September bersama dengan pemilihan presiden dan legislatif, dapat menghapuskan posisi perdana menteri, membentuk kembali cabang legislatif dan memperkuat kepresidenan. Kritikus menyebutnya perebutan kekuasaan.
Pembunuhan Jovenel Moise telah mengaburkan rencana itu dan menyebabkan kekacauan politik di Haiti, memicu permintaan bantuan asing.
Amerika Serikat mengatakan tidak memiliki rencana untuk memberikan bantuan militer kepada Haiti untuk saat ini, sementara permintaan ke PBB akan membutuhkan otorisasi Dewan Keamanan PBB.
Baca juga: Eks Tentara Kolombia yang Dituduh Membunuh Presiden Haiti Ternyata Pengawal
REUTERS