TEMPO.CO, Jakarta - Seorang mantan tentara Kolombia yang tewas dalam baku tembak dengan polisi Haiti dan dituduh terlibat dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise telah dipekerjakan sebagai pengawal, kata saudara perempuannya pada Sabtu.
Pihak berwenang Haiti mengatakan Moise dibunuh Rabu pagi oleh pembunuh asing terlatih oleh kelompok yang terdiri dari 26 orang Kolombia dan dua orang Amerika Haiti.
Tapi dua kerabat dari tentara Kolombia telah meragukan laporan pihak berwenang, mengatakan orang-orang telah dipekerjakan sebagai pengawal.
Tujuh belas orang telah ditangkap, tiga tewas dan delapan masih buron, menurut polisi Haiti.
"Ada sesuatu yang tidak cocok," Jenny Carolina Capador, saudara perempuan Duberney Capador, 40 tahun, dikutip dari Reuters, 11 Juli 2021.
"Yang saya tahu, dan yang akan saya yakinkan ke seluruh dunia, adalah bahwa saudara laki-laki saya adalah orang yang benar dan saudara laki-laki saya tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan kepadanya," katanya.
Capador mengatakan Duberney, yang terlatih dalam kontraterorisme, pensiun pada 2019 setelah 21 tahun berdinas di militer Kolombia.
Ayah dua anak ini sedang beternak ayam dan ikan ketika seorang mantan rekannya menelepon untuk menawarinya pekerjaan.
"Mereka memberinya tawaran untuk bekerja di bisnis keamanan, untuk memberikan keamanan dan berkolaborasi dengan perlindungan bagi orang-orang penting, dan mereka akan membayarnya dengan baik," kata Capador.
Komandan Pasukan Militer Kolombia, Jenderal Luis Fernando Navarro berbicara dalam konferensi pers tentang partisipasi beberapa warga Kolombia dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, di Bogota, Kolombia 9 Juli 2021. [REUTERS/Luisa Gonzalez]
Pada hari Jumat, perempuan lain yang mengatakan dia adalah istri Francisco Eladio Uribe, salah satu pria yang ditangkap, mengatakan kepada radio Kolombia bahwa suaminya mendengar tentang pekerjaan itu melalui seseorang yang dia sebut hanya sebagai "Capador".
Jenny Carolina Capador mengatakan dia dan saudara laki-lakinya berbicara sepanjang hari pembunuhan Jovenel Moise.
"Dalam percakapan terakhir yang saya lakukan dengan saudara laki-laki saya, dia memberi tahu saya, 'Kami sampai di sini terlambat; sayangnya, orang yang akan kami jaga, kami tidak bisa berbuat apa-apa,'" kenangnya.
Malamnya, saudara laki-lakinya memberi tahu dia dalam pesan WhatsApp bahwa dia diserang.
"Dia mengatakan kepada saya, 'Kami terjebak, mereka mengurung kami dan mereka menembak'," kata Capador.
Dia memintanya untuk tidak memberi tahu ibu mereka tentang situasinya dan mengatakan para pria itu akan merundingkan jalan keluar.
"Sampai 5:50 (sore), saya menulis untuk melihat bagaimana keadaannya, dan dia berkata 'baik' dan sejak itu saya tidak pernah mendengar apa pun lagi dari saudara saya."
Capador ingin membawa pulang jenazah kakaknya.
"Kakak saya tidak pergi untuk mengancam kehidupan presiden," katanya. "Saya 100% yakin dia tidak bersalah."
Pejabat Kolombia mengakui mantan tentara Kolombia sering direkrut untuk bekerja sebagai tentara bayaran di negara lain.
Konflik hampir 60 tahun di negara Amerika Selatan itu telah memberikan tempat pelatihan yang produktif bagi tentara. Banyak yang pensiun pada usia 40-an.
Polisi Kolombia menolak merinci siapa yang mempekerjakan mantan tentara Kolombia itu, dengan mengatakan masalah itu masih dalam penyelidikan.
Baca juga: Dikontrak Bunuh Presiden Haiti, Kenapa Tentara Bayaran Asal Kolombia Populer?
REUTERS