TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat pada hari Jumat menolak permintaan Haiti agar AS mengirim pasukan untuk membantu mengamankan infrastruktur utama setelah pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise oleh tentara bayaran asing.
Pembunuhan Jovenel Moise oleh sekelompok pria bersenjata pada Rabu dini hari di rumahnya di Port-au-Prince, membawa Haiti lebih dalam ke dalam krisis politik yang dapat memperburuk kelaparan, kekerasan geng, dan wabah Covid-19.
Menteri Pemilihan Haiti Mathias Pierre mengatakan permintaan bantuan keamanan AS diajukan dalam percakapan antara Perdana Menteri sementara Claude Joseph dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Rabu. Haiti juga mengajukan permintaan pasukan ke Dewan Keamanan PBB, kata Pierre, dikutip dari Reuters, 10 Juli 2021.
Tetapi seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan tidak berencana untuk memberikan bantuan militer AS saat ini.
Para tersangka pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise ditunjukkan kepada media di Port-au-Prince, Haiti, 8 Juli 2021. Jovenel Moise, 53 tahun tewas setelah terkena 12 kali tembakan dalam penyerangan di rumahnya pada Rabu pagi, 7 Juli 2021. REUTERS/Estailove St-Val
Sebuah surat dari kantor Joseph ke kedutaan besar AS di Haiti, tertanggal Rabu dan ditinjau oleh Reuters, meminta pengiriman pasukan untuk mendukung polisi nasional dalam membangun kembali keamanan dan melindungi infrastruktur utama di seluruh negeri setelah pembunuhan presiden Haiti.
Surat serupa, juga tertanggal Rabu dan dilihat oleh Reuters, dikirim ke kantor PBB di Haiti.
"Kami berada dalam situasi di mana kami percaya bahwa infrastruktur negara - pelabuhan, bandara, dan infrastruktur energi - mungkin menjadi target," kata Pierre.
Tujuan lain dari permintaan penguatan keamanan adalah untuk memungkinkan pemilihan presiden dan legislatif yang dijadwalkan pada 26 September, kata Pierre.
Misi politik PBB di Haiti menerima surat itu dan sedang memeriksanya, kata Jose Luis Diaz, juru bicara Departemen Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian PBB.
"Pengiriman pasukan dalam keadaan apa pun akan menjadi masalah Dewan Keamanan PBB (15 anggota) untuk memutuskan," katanya.
Sejumlah barang bukti yang disita dari para pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise ditunjukkan kepada media di Port-au-Prince, Haiti, 8 Juli 2021. Selongsong peluru kaliber 5,56 mm dan peluru kaliber 7,62 mm ditemukan di rumah almarhum presiden. Untuk diketahui, peluru kaliber 5,56 mm biasa digunakan dalam berbagai senjata NATO seperti M4A1 dan FN SCAR. Sedangkan peluru kaliber 7,62 biasanya digunakan dalam keluarga senjata AK. REUTERS/Estailove St-Val
Amerika Serikat dan Kolombia mengatakan mereka akan mengirim penegak hukum dan pejabat intelijen untuk membantu Haiti setelah sejumlah warga negara mereka ditangkap karena pembunuhan Moise.
Polisi di Haiti mengatakan pembunuhan itu dilakukan oleh unit komando yang terdiri dari 26 orang Kolombia dan dua tentara bayaran Haiti-Amerika. Kedua warga Haiti-Amerika itu diidentifikasi sebagai James Solages, 35 tahun, dan Joseph Vincent, 55 tahun, yang keduanya dari Florida.
Tujuh belas orang ditangkap, termasuk Solages dan Vincent, setelah baku tembak dengan pihak berwenang Haiti di Petionville, pinggiran bukit di ibu kota Port-au-Prince tempat Moise tinggal.
Tiga lainnya tewas dan delapan masih buron, menurut polisi Haiti. Pihak berwenang sedang memburu dalang operasi tersebut, kata mereka.
Seorang hakim yang menyelidiki kasus tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Moise ditemukan terbaring di lantai kamar tidurnya. Pintu depan kediaman telah dibuka paksa, sementara kamar-kamar lain digeledah.
"Tubuhnya penuh dengan peluru," kata hakim pengadilan Petionville, Carl Henry Destin. "Ada banyak darah di sekitar mayat dan di tangga."
Pejabat Haiti belum memberikan motif pembunuhan Moise atau menjelaskan bagaimana para pembunuh melewati penjaga keamanannya. Dia telah menghadapi protes massa terhadap pemerintahannya sejak menjabat pada tahun 2017, pertama karena tuduhan korupsi dan pengelolaan ekonominya, kemudian atas cengkeramannya yang meningkat pada kekuasaan.
Ia sendiri telah menyinggung tentang kekuatan gelap yang bermain di balik kerusuhan. Jovenel Moise menuduh sesama politisi dan oligarki korup yang merasa usahanya untuk membersihkan kontrak pemerintah dan untuk mereformasi politik Haiti bertentangan dengan kepentingan mereka.
Baca juga: Haiti Minta Amerika Jaga Infrastruktur Kunci Usai Pembunuhan Presiden Moise
REUTERS