TEMPO.CO, Jakarta - Chryssoula Fayad, sudah hampir 20 tahun menjadi guru mengajar sejarah dan geografi di sebuah sekolah elit Prancis, yang ada di Lebanon. Kondisi Lebanon pada akhirnya membuatnya harus hijrah ke Ibu Kota Paris.
Fayad, 50 tahun, meninggalkan rumahnya dan kenangan masa hidupnya di Lebanon pada Agustus 2020. Fayad persisnya angkat kaki dari negaranya beberapa hari setelah kedakan di gudang penyimpanan bahan-bahan kimia di sebuah pelabuhan di Ibu Kota Beirut. Dahsyartnya ledakan itu sampai menghancurkan rumah sakit tempat suaminya bekerja.
Baca Juga:
Sejumlah balon diterbangkan dalam upacara untuk memperingati peristiwa ledakan pelabuhan 4 Agustus di Beirut, Lebanon, 4 Oktober 2020. Dua ledakan mengguncang Pelabuhan Beirut pada 4 Agustus, menghancurkan sebagian kota dan menewaskan sekitar 190 orang serta melukai sedikitnya 6.000 lainnya. Xinhua/Bilal Jawich
Korupsi dan kegaduhan politik di Lebanon telah membuat nilai mata uang Lebanon anjlok sampai lebih dari 90 persen dalam tempo dua tahun. Kondisi ini telah mendorong separuh populasi Lebanon ke dalam garis kemiskinan. Bagi Fayad, situasi ini juga telah membuatnya tak bisa mencairkan uang tabungan depositonya.
Di tengah cobaan berat ini, Fayad meyakinkan tak ada hal yang dia sesali.
“Saya selalu bersyukur kepada Allah karena mendapat kesempatan untuk datang ke sini (Paris). Sayangnya, saya mengambil keputusan yang tepat ketika melihat kondisi Lebanon saat ini,” kata Fayad.
Di Paris, Fayad mengajar sebagai guru pengganti. Sektor pendidikan di Lebanon paling bergengsi se-Timur Tengah dan pernah pula masuk rangking ke-10 dalam Global Competitiveness Report yang diterbitkan oleh World Economic Forum.
Sekarang, tidak jelas bagaimana sekolah-sekolah di Lebanon dikelola ketika masuk tahun ajaran baru pada Oktober 2021 nanti. Rene Karam Kepala Asosiasi Guru Bahasa Inggris di Lebanon (ATEL) mengatakan sektor pendidikan di Lebanon tidak siap ketika krisis di Lebanon meletup pada 2019 lalu.
Sejumlah sekolah swasta di Lebanon melakukan PHK pada guru-guru yang bergaji tinggi. PHK juga dilakukan pada sekitar 30 persen staf sekolah demi menghemat uang. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak pula yang mengundurkan diri secara sukarela. Separuh dari 100 guru yang ada di organisasi ATEL, sekarang merantau ke Irak, Dubai dan Oman.
Baca juga: Seleksi CPNS 2021: Kementerian Perindustrian Buka 786 Formasi, Dosen hingga Guru
Sumber: Reuters