TEMPO.CO, Jakarta - Israel tahun ini akan menggandakan pasokan airnya ke Yordania dan mendorong Yordania untuk mengekspor lebih banyak ke Palestina, kata para pejabat Israel pada Kamis, setelah seorang sumber perdana menteri Israel yang baru diam-diam bertemu dengan raja Yordania.
Yordania adalah mitra keamanan utama bagi Israel tetapi hubungan telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena ketegangan Israel-Palestina.
Yair Lapid, menteri luar negeri dalam koalisi lintas-partai yang menggulingkan pemerintah konservatif Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bulan lalu, mengadakan pertemuan pertama dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi pada Kamis.
Dikutip dari Reuters, 9 Juli 2021, secara terpisah seorang sumber yang menolak disebutkan namanya atau kebangsaannya mengatakan pengganti Netanyahu, Naftali Bennett, melakukan kunjungan mendadak ke Amman pekan lalu untuk menemui Raja Abdullah.
Juru bicara Israel dan Yordania tidak segera berkomentar tentang apa yang digambarkan sumber itu sebagai pembicaraan 29 Juni di istana Raja Abdullah, yang dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan yang tegang selama masa jabatan Netanyahu.
Raja Yordania Abdullah II berpidato di depan Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis 15 Januari 2020. [REUTERS / Vincent Kessler]
Sebuah pernyataan istana 1 Juli mengatakan Raja Abdullah telah memulai kunjungan tiga minggu ke Amerika Serikat yang akan meliputi pertemuan pertama Presiden Joe Biden dengan seorang pemimpin Arab di Gedung Putih sejak menjabat.
Joe Biden akan menjamu Raja Abdullah di sana pada 19 Juli, kata Gedung Putih pada Rabu, menambahkan bahwa pembicaraan itu akan menjadi "kesempatan untuk...menunjukkan peran kepemimpinan Yordania dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu".
Yair Lapid mengatakan Israel akan menjual 50 juta meter kubik air kepada tetangganya tahun ini.
Seorang pejabat Israel mengatakan itu akan secara efektif menggandakan pasokan untuk tahun ini, dari Mei 2021 hingga Mei 2022, karena sekitar 50 juta meter kubik sudah dijual atau diberikan ke Yordania. Seorang pejabat Yordania mengatakan Israel memberi kerajaan 30 juta meter kubik per tahun di bawah perjanjian damai 1994.
Lapid mengatakan negara-negara tersebut juga sepakat untuk mengeksplorasi peningkatan ekspor Yordania ke Tepi Barat menjadi US$700 juta (Rp10 triliun) per tahun, dari US$160 juta (Rp2,3 triliun) saat ini.
"Kerajaan Yordania adalah tetangga dan mitra yang penting," kata Lapid dalam sebuah pernyataan. "Kami akan memperluas kerja sama ekonomi untuk kebaikan kedua negara."
Amerika Serikat menyambut baik kesepakatan tersebut. "Langkah-langkah nyata semacam inilah yang meningkatkan kemakmuran bagi semua dan memajukan stabilitas regional," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.
Raja Abdullah sangat menentang rencana perdamaian Timur Tengah mantan Presiden AS Donald Trump, yang ia lihat sebagai ancaman keamanan nasional yang juga akan merusak pemeliharaan tempat-tempat suci keluarga Hashemite di Yerusalem.
Para pejabat mengatakan pergeseran kebijakan AS di bawah Joe Biden menuju komitmen yang lebih tradisional untuk solusi dua negara dalam konflik Palestina dan Israel telah mengurangi tekanan di Yordania, di mana mayoritas penduduk 10 juta adalah orang Palestina.
Baca juga: Israel Hancurkan Lagi Rumah Warga Palestina di Tepi Barat
REUTERS