TEMPO.CO, Jakarta - Krisis pangan sedang menghantui Korea Utara. Lembaga pangan PBB, FAO memperingatkan Korea Utara kekurangan pangan sekitar 800 ribu ton tahun ini. Masa sulit diperkirakan bakal terjadi mulai bulan depan.
Dalam laporannya, FAO menyebutkan produksi pangan biji-bijian di Korea Utara hanya 5,6 juta ton tahun ini. Jumlah ini kurang 1,1 juta ton dari yang dibutuhkan oleh seluruh penduduk. Angka impor pangan yang sudah dipublikasikan secara resmi oleh pemerintah baru 205.000 ton, sehingga defisit pangan diperkirakan sekitar 860.000 ton.
"Jika kesenjangan ini tidak bisa ditutupi melalui impor komersial atau bantuan pangan, maka akan terjadi masa sulit mulai Agustus hingga Oktober," tulis FAO dalam laporannya.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah membahas soal krisis pangan pada Juni. Harga beras dan jagung di negara tersebut naik sejak awal tahun. Pada 2020, produksi biji-bijian di Korea Utara juga turun sekitar 5,2 persen.
Sejak pandemi tahun lalu, Korea Utara telah menutup perbatasan. Krisis pangan kian buruk lantaran gagal panen akibat banjir. Negara ini juga sedang bergelut dengan sanksi internasional.
Akibat ditutupnya perbatasan, perdagangan dengan China turun drastis. Padahal selama ini Korea Utara bergantung pada China untuk suplai makanan, pupuk, dan bahan bakar.
Baca: Penanganan COVID-19 di Korut Tak Memuaskan, Kim Jong Un Pecat Pejabatnya
HINDUSTAN TIMES | BBC