TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk memberikan visa bagi wanita Afghanistan yang mungkin menjadi target Taliban. Visa akan diberikan kepada politisi, jurnalis, dan aktivis perempuan.
Kelompok hak asasi manusia meminta Departemen Luar Negeri dan Gedung Putih menambahkan 2.000 visa khusus untuk perempuan rentan dan pendukungnya. Kebijakan ini rencananya untuk mengevakuasi ribuan warga Afghanistan setelah Amerika menarik pasukannya bulan ini. Penerjemah pasukan asing termasuk kelompok yang akan diberikan visa.
Salah satu pejabat pemerintah mengatakan visa kemungkinan akan diberikan bukan hanya untuk perempuan yang berada di bawah ancaman, tetapi juga laki-laki dan kelompok minoritas dengan profesi berisiko tinggi.
"Nyawa mereka dalam bahaya," kata Teresa Casale, direktur advokasi untuk Mina's List, yang mengadvokasi perwakilan perempuan di pemerintahan di seluruh dunia. "Para pemimpin perempuan menjadi sasaran dan dibunuh oleh pasukan Taliban. Mereka menerima ancaman setiap hari."
Gedung Putih belum berkomentar ihwal pemberian visa ini. Presiden Joe Biden baru akan berbicara pada sore ini tentang penarikan militer AS. Biden diharapkan akan membicarakan pula hak-hak perempuan.
Polisi wanita, pekerja media, hakim dan pekerja medis telah dibunuh di Afghanistan saat militer Amerika Serikat meninggalkan negara itu.
Taliban melarang perempuan bersekolah atau bekerja. Kaum perempuan diwajibkan pula untuk menutup seluruh tubuh mereka dan tidak dapat meninggalkan rumah tanpa kerabat laki-laki. Jika melanggar maka mereka dihukum cambuk dan rajam.
Baca: Kabur dari Taliban, 1.000 Warga Afghanistan Mengungsi ke Tajikistan
REUTERS