TEMPO.CO, Jakarta - Badan pengawas atom PBB melaporkan bahwa Iran telah memulai proses pengayaan uranium metal. Uranium jenis tersebut, kata mereka, mengindikasikan bahwa Iran sudah mulai mengembangkan senjata pemusnah massal seperti bom buklir.
Di sisi lain, mereka mengatakan bahwa langkah yang diambil Iran bertentangan dengan perjanjian nuklir yang diteken pada tahun 2015 (JCPOA).. Dalam perjanjian itu, dikatakan bahwa segala pengerjaan atau pengayaan terhadap uranium metald dilarang karena bisa digunakan untuk mengembangkan bom nuklir.
"Hari ini, Iran megumumkan kepada kami bawha AU02 (Uranium Dioskida) telah mengalami pengayaan hingga 20 persen. Selanjutnya dikirimkan ke pabrik fabrikasi di Esthefan, dikonversi menjadi UF4 (Uranium Tetrafouride) dan kemudian pegayaan uranium metal hingga 20 persen," ujar keterangan pers Badan Pengawas Nuklir PBB, dikutip dari Reuters, Rabu, 7 Juli 2021.
Langkah Iran tak ayal menimbulkan kegemparan di antara negara-negara yang terlibat dalam Perjanjian Nuklir Iran (JCPOA). Menurut mereka, langkah tersebut akan mempersulit pembaharuan perjanjian nuklir. Diberitakan sebelumnya, proses negosiasi antara Iran dengan negara-negara anggota JCPOA tengah berlangsung saat ini.
Salah satu kekhawatiran datang dari Inggris. Inggris mengaku khawatir karena langkah Iran sudah bertentangan dengan perjanjian nuklir. Mengacu pada perjanjian di tahun 2015, segala pengerjaan yang melibatkan Uranium Metal dilarang karena bisa digunakan untuk membuat hulu ledak bom nuklir.
Kerusakan bangunan setelah kebakaran yang melanda fasilitas nuklir Iran, Natanz, di Isfahan, Iran, 2 Juli 2020.[Organisasi Energi Atom Iran/WANA/REUTERS]
"Iran tidak memiliki alasan yang kredibel untuk terus melanjutkan penelitian, pengembangan, dan produksi Uranium Metal."
"Langkah terbaru mereka mengancam negosiasi perjanjian nuklir yang berlangsung di Wina. Padahal, langkah negosiasi di sana sudah berjalan selama enam bulan," ujar Kementerian Luar Negeri Inggris dalam keterangan persnya.
Kekhawatiran juga datang dari Amerika. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Ned Price, mengatakan pengayaan uranium metal oleh Iran akan berdampak terhadap pandangan mereka soal kelanjutan Perjanjian Nuklir. Jika perjanjian nuklir itu tak terwujud, makan sanksi ekonomi terhadap Iran akan dipertahankan.
"Mengkhawatirkan mendapati Iran terus melanggar kesepakatan, terutama eksperimen yang akan berguna untuk riset senjata nuklir. Ini adalah langkah mundur bagi Iran," ujar Ned Price.
Iran, dalam pembelaannya, mengatakan pengayaan uranium metal tidak bertujuan untuk pengembangan bom nuklir, melainkan untuk reaktor riset.
Sebagai catatan, ini bukan pertama kalinya Iran mengayakan uranium metal. Sebelumnya, mereka sudah melakukan hal tersebut, namun dalam jumlah atau kapasitas yang lebih kecil.
Baca juga: Iran Batasi Akses Pengawas Nuklir PBB ke Fasilitas Pengayaan Uranium Natanz
ISTMAN MP | REUTERS