Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pakar: Pemerintah Inggris Bersikap Seolah-olah Bahaya COVID-19 Sudah Hilang

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama konferensi pers virtual, setelah memimpin pertemuan COBRA, yang diadakan sebagai tanggapan atas peningkatan pembatasan perjalanan di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di 10 Downing Street, di London, Inggris, 21 Desember 2020. [Tolga Akmen / Pool via REUTERS]
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama konferensi pers virtual, setelah memimpin pertemuan COBRA, yang diadakan sebagai tanggapan atas peningkatan pembatasan perjalanan di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di 10 Downing Street, di London, Inggris, 21 Desember 2020. [Tolga Akmen / Pool via REUTERS]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Langkah Pemerintah Inggris mencabut lockdown dan segala kewajiban pembatasan sosial pada 19 Juli nanti dianggap mengabaikan segala peringatan. Beberapa pakar berkata, data yang ada menunjukkan kasus COVID-19 akan terus naik dalam beberapa waktu ke depan.

Salah satu kritik atang dari Sir Patrick Vallance, Kepala Penasihat Saintifik Pemerintah Inggris. Ia berkata, meski keterkaitan antara kasus dengan kematian ataupun kepadatan rumah sakit melemah, hal itu tak menandakan pandemi akan usai dalam waktu dekat. Oleh karenanya, Inggris perlu bersiap menghadapi kenaikan kasus.

"Kita sidah menghadapi kenaikan epidemi saat ini. Oleh karenanya, kita perlu bertindak sebaik mungkin untuk menekan penyebaran virus COVID-19," ujar Vallance, dikutip dari Sky News, Selasa, 6 Juli 2021.

Vallance melanjutkan, kebijakan yang diambil PM Inggris Boris Johnson sejauh ini tidak menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap potensi kenaikan kasus COVID-19. Hilangnya kewajiban formal untuk kontak sosial, mulai dari acara berkumpul hingga pemakaian masker, dianggap malah akan membantu kenaikan kasus COVID-19.

Orang-orang, beberapa mengenakan masker, berjalan di atas Jembatan Westminster, di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di London, Inggris, 4 Juli 2021.[REUTERS/Henry Nicholls]

Kritik senada datang dari penasihat psikologis tingkah laku Pemerintah Inggris, Stephen Reicher. Ia berkata, pencabutan lockdown oleh PM Boris Johnson malah akan membuat masyarakat berpikir tak ada bahaya lagi di sekitar mereka. Padahal, realitanya, ancaman COVID-19 masih ada dan nyata.

"Jika kita ingin situasi tetap aman, kita membutuhkan pesan yang jelas (kepada masyarakat). Untuk saat ini, saya merasa pesan yang ada malah menunjukkan seolah-olah tidak ada masalah sama sekali."

"Faktanya, pelonggaran segala batasan memberikan pesan yang sangat jelas bahwa tidak ada masalah sama sekali di Inggris. Hal itu akan berdampak pada perilaku masyarakat secara signifikan," ujar Reicher menegaskan.

Boris Johnson, sejauh ini, bersikeras bahwa lockdown tetap perlu dicabut dan Inggris sudah siap untuk hidup bersama virus COVID-19. Kebijakan normal baru pun sudah disiapkan, katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tiga mahasiswi Sophie Langford, Emily Campbell, dan Tamzida Mulai berjalan ke pusat vaksinasi massal di Liverpool Pier Head yang menawarkan vaksin Covid-19 langsung di tempat di Liverpool, Inggris, 23 Juni 2021. [REUTERS/Jason Cairnduff]

"Kita harus jujur pada diri sendiri. Jika kita tidak mencabut lockdown beberapa pekan ke depan, di mana kita akan terbantu oleh musim panas dan liburan sekolah, lalu kapan kita akan kembali ke normalitas?" ujar Johnson menegaskan.

Johnson mengakui bahwa ia menerima masukan dan peringatan untuk menunda pencabutan lockdown COVID-19. Namun, ia memilih untuk bertaruh dengan pencabutan yang penuh kehati-hatian dan tidak bisa dibatalkan.

"Untuk mereka yang mengatakan kita harus menunda pencabutan lockdown; pilihannya adalah mencabutnya saat musim dingin di mana malah memberi keuntungan pada virus," ujar Johnson.

Per berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 4,9 juta kasus dan 128 ribu korban meninggal akibat COVID-19. Beberapa pekan terakhir, pertumbuhan kasus COVID-19 di Inggris menunjukkan tren meningkat. Dari yang awalnya di bawah lima ribu per hari di bulan Mei, sekarang naik menjadi di atas 20 ribu kasus per hari. Varian Delta dianggap sebagai dalang dari tren peningkatan itu.

Meski tren kasus meningkat, hal serupa tidak terjadi untuk tren rumah sakit dan kematian. Dibanding gelombang kedua pandemi COVID-19 Inggris pada September lalu, tren kepadatan rumah sakit dan kematian relatif rendah.

Baca juga: Inggris Umumkan Rencana New Normal, Bersiap Cabut Lockdown pada 19 Juli

ISTMAN MP | SKY NEWS | REUTERS

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Hikayat Guglielmo Marconi Mematenkan Radio Ciptaannya

11 jam lalu

Radio langka merk Marconi milik pelestari radio antik Denny Kesumah di kediamannya di kawasan Arcamanik, Bandung, Senin, 16 November 2020. Pria ini menerapkan konsep
Hikayat Guglielmo Marconi Mematenkan Radio Ciptaannya

Marconi juga orang pertama yang berhasil menyiarkan sinyal radio transatlantik pertama.


Baru Sembuh, PM Singapura Kembali Positif Covid-19

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong berjalan bersama menuju ke Kantor Perdana Menteri untuk melakukan pertemuan informal pada Kamis, 16 Maret 2023. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Baru Sembuh, PM Singapura Kembali Positif Covid-19

PM Singapura Lee Hsien Loong menderita Covid-19 rebound, atau gejala Covid yang kembali kambuh setelah dinyatakan sembuh.


Top 3 Tekno Berita Kemarin: Benarkah Peserta dan Joki UTBK Tak Bisa Dipidana?

4 hari lalu

Pengawas ujian memeriksa badan peserta UTBK dengan menggunakan metal detektor di Universitas Indonesia, Depok, Kamis 19 Mei 2022. UTBK dilaksanakan di 21 titik lokasi yang tersebar di Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), serta lokasi lain di beberapa fakultas. Tempo/Muhammad Syauqi Amrullah'
Top 3 Tekno Berita Kemarin: Benarkah Peserta dan Joki UTBK Tak Bisa Dipidana?

Top 3 Tekno Berita Kemarin, Selasa 30 Mei 2023, dipuncaki artikel kasus peserta UTBK 2023 yang menggunakan jasa joki.


Malaysia Selidiki Awak Kapal China yang Diduga Menjarah Bangkai Kapal Perang Dunia II

4 hari lalu

Kapal HMS Prince of Wales milik Angkatan Laut Inggris di Singapura 1941. Dok. Abrahams, H J (Lt), Royal Navy/wikimedia.org
Malaysia Selidiki Awak Kapal China yang Diduga Menjarah Bangkai Kapal Perang Dunia II

Penjaga pantai Malaysia mengatakan bahwa pihak berwenang menanyai awak kapal China yang dicurigai menjarah dua bangkai kapal Inggris Perang Dunia II


Profil Steven Gerrard, Sang Legenda Liverpool

4 hari lalu

Steven Gerrard
Profil Steven Gerrard, Sang Legenda Liverpool

Nama Steven Gerrard tak terpisahkan dari sepak bola Inggris


Mengenal Disease X, Bisa Ciptakan Pandemi lebih Fatal?

4 hari lalu

Mengenal Disease X, Bisa Ciptakan Pandemi lebih Fatal?

Disease X di sini bukanlah nama penyakit yang sesungguhya, melainkan istilah penanda bahwa akan terjadi pandemi atau epidemi baru


Uganda Sahkan Undang-undang anti-LGBT Terberat, Pelaku Terancam Hukuman Mati

5 hari lalu

Presiden Uganda  Yoweri Museveni. REUTERS/Abubaker Lubowa
Uganda Sahkan Undang-undang anti-LGBT Terberat, Pelaku Terancam Hukuman Mati

Presiden Uganda Yoweri Museveni menandatangani undang-undang anti-LGBT terberat di dunia, dengan hukuman mati untuk homoseksualitas


Klaim Tak Ada Warga Israel Usia di Bawah 50 Tahun Meninggal karena Covid-19 Dipertanyakan

5 hari lalu

Seorang wanita menerima dosis ketiga vaksin Covid-19 di Ramat HaSharon, Israel, 30 Juli 2021. Israel mulai memberikan suntikan ketiga vaksin virus Corona atau dosis penguat (booster) bagi warga berusia 60 tahun ke atas atau lansia. Xinhua/JINI
Klaim Tak Ada Warga Israel Usia di Bawah 50 Tahun Meninggal karena Covid-19 Dipertanyakan

Kementerian Kesehatan Israel dicecar terkait data kematian akibat Covid-19 di kalangan anak muda dan kaitannya dengan serangan jantung.


Tekan Imigrasi, Inggris Batasi Mahasiswa Asing yang Bawa Keluarga

5 hari lalu

Jam Big Ben di Inggris. Sumber: Reuters
Tekan Imigrasi, Inggris Batasi Mahasiswa Asing yang Bawa Keluarga

Mahasiswa internasional akan dibatasi membawa keluarganya selama studi di Inggris dalam upaya pemerintah menurunkan imigrasi.


Malaysia Tangkap Kapal China, Diduga Jarah Bangkai Kapal Perang Inggris Eks PD II

5 hari lalu

Kapal HMS Prince of Wales milik Angkatan Laut Inggris di Singapura 1941. Dok. Abrahams, H J (Lt), Royal Navy/wikimedia.org
Malaysia Tangkap Kapal China, Diduga Jarah Bangkai Kapal Perang Inggris Eks PD II

Malaysia menemukan peluru meriam di sebuah kapal barang China yang diduga berasal dari bangkai kapal perang Inggris di Perang Dunia Kedua.