TEMPO.CO, Jakarta - Pihak berwenang Filipina pada Senin memerintahkan penyelidikan insiden pesawat jatuh milik Angkatan Udara Filipina yang gagal mendarat di landasan pacu dan menewaskan lebih dari 50 orang, termasuk warga sipil, dalam kecelakaan udara militer terburuk di negara itu dalam tiga puluh tahun terakhir.
Presiden Rodrigo Duterte terbang ke sebuah kamp militer di selatan kota Zamboanga, untuk meninjau langsung lokasi kejadian setelah pesawat angkut militer C-130 kecelakaan pada hari Minggu. Kementerian Pertahanan Filipina mengatakan pesawat C-130 itu dalam kondisi baik saat terbang.
"Saya bersimpati dengan kalian. Saya sama sedihnya dengan kalian. Dan sebagai panglima tertinggi, saya paling terluka karena nyawa yang hilang," kata Duterte di pangkalan angkatan laut setelah memberi hormat pada peti mati yang terbungkus bendera nasional, dikutip dari Reuters, 6 Juli 2021.
Pesawat Hercules C-130 membawa pasukan yang baru lulus untuk operasi kontra-pemberontakan di selatan dan telah mencoba mendarat di pulau Jolo sebelum jatuh dan terbakar.
Dengan semua 96 penumpang dicatat, jumlah korban tewas dari kecelakaan itu naik menjadi 52, termasuk tiga warga sipil, setelah dua dari 49 tentara yang terluka meninggal karena luka-luka mereka pada Senin, kata kementerian pertahanan.
Kondisi lokasi kecelakaan pesawat militer Filipina Lockheed C-130 di Patikul, Provinsis Sulu, Filipina, 4 Juli 2021. Kecelakaan pesawat militer Filipina menewaskan sedikitnya 45 orang dan puluhan lainnya berhasil selamat. Joint Task Force Sulu/Handout via REUTERS
Juru bicara militer Edgard Arevalo mengatakan pesawat itu dalam "kondisi sangat baik" dan memiliki 11.000 jam terbang tersisa sebelum pemeliharaan berikutnya.
"Kami bertekad untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam insiden yang sangat tragis ini, karena menurut informasi yang tersedia pesawat mengikuti protokol yang ditentukan," katanya dalam konferensi pers.
Agga Ahaddi, seorang kerabat dari tiga warga sipil yang tewas, sedang bekerja di sebuah tambang terdekat ketika dia melihat pesawat itu menabrak rumah keluarganya kemudian menabrak yang lain di mana kerabatnya tinggal sebelum meledak.
"Ketika pesawat pertama jatuh, itu melewati rumah kami," katanya.
Komando militer mengatakan tentara terbang ke Jolo dari Laguindingan, sekitar 460 km jauhnya, untuk dikerahkan ke batalion mereka.
Tentara telah berperang lama di daerah itu melawan gerilyawan dari Abu Sayyaf yang diilhami ISIS dan faksi-faksi lainnya.
Tidak ada tanda-tanda pesawat itu dijatuhkan oleh tembakan gerilyawan, kata para pejabat.
Arevalo meyakinkan publik bahwa penyelidikan akan transparan dan mengatakan pihak berwenang masih mencari perekam penerbangan.
Bandara Jolo memiliki landasan pacu 1.200 meter yang biasanya digunakan penerbangan turboprop sipil dan beberapa penerbangan militer, menurut Otoritas Penerbangan Sipil.
Pesawat angkut militer buatan Lockheed Martin itu baru saja tiba di Filipina dan merupakan salah satu dari dua pesawat yang disediakan oleh pemerintah AS melalui Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan, menurut sebuah situs web pemerintah mengatakan pada bulan Januari.
Situs web C-130.net mengatakan pesawat yang jatuh pertama kali diterbangkan pada tahun 1988. Model tersebut adalah pesawat yang banyak dipakai angkatan bersenjata di seluruh dunia.
Militer Filipina memiliki catatan keamanan udara yang memburuk akhir-akhir ini. Bulan lalu sebuah helikopter Black Hawk jatuh selama misi pelatihan, menewaskan enam orang.
Kecelakaan C-130 Angkatan Udara Filipina pada 1993 menewaskan 30 orang, sementara kecelakaan 2008 dari varian sipil pesawat Lockheed menewaskan 11 orang, kata Jaringan Keselamatan Penerbangan.
Insiden pesawat jatuh terburuk di Filipina adalah Boeing 737 Air Philippines pada tahun 2000, yang menewaskan 131 orang.
Baca juga: Beberapa Prajurit Sempat Lompat dari Pesawat Militer Filipina Sebelum Jatuh
REUTERS