TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat mengkhawatirkan perkembangan kekuatan nuklir China yang melaju sangat cepat. China sedang menambah lebih dari 100 silo (situs peluncuran) rudal balstik nuklir di daerah gurun di barat Cina.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan Cina telah menyimpang dari tujuan semula. Kepemilikan senjata nukir semula hanya untuk membuat gentar negara lain.
"Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa persenjataan nuklir China tumbuh lebih cepat ke tingkat yang lebih tinggi daripada yang mungkin diantisipasi sebelumnya," kata Price, Kamis, 1 Juli 2021 seperti dikutip dari Reuters.
Price mengatakan banyaknya senjata nuklir yang diproduksi China menimbulkan pertanyaan tentang niat negara tersebut. Dia mengajak China terlibat meredam persaingan senjata nuklir.
"Kami mendorong Beijing untuk terlibat dengan kami dalam langkah-langkah praktis untuk mengurangi risiko destabilisasi perlombaan senjata yang berpotensi meredam ketegangan," kata Price.
Dia menambahkan ketegangan akibat senjata nuklir membuat Presiden Joe Biden ingin menggelar pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.
Dalam acara ulang tahun Partai Komunis Cina, Jinping memberi peringatan keras dengan negara lain yang menggertak China. Jinping mengatakan akan memenggal kepala pemimpin negara asing dan berjanji untuk membangun militernya.
Dia juga berkomitmen untuk penyatuan kembali Taiwan dan mengatakan stabilitas sosial akan dijamin di Hong Kong sambil melindungi keamanan dan kedaulatan China.