TEMPO.CO, Jakarta - Lima bulan sejak kudeta pada 1 Februari lalu, junta Myanmar akhirnya membebaskan sebagian warga yang mereka jadikan tahanan politik. Dikutip dari kantor berita Reuters, ada 2000 lebih tahanan yang mereka bebaskan pada Rabu kemarin. Adapun para tahanan tersebut terdiri atas jurnalis dan pengunjuk rasa.
"Total ada 2.296 orang yang kami bebaskan. Mereka terlibat dalam unjuk rasa (menentang pemerintah) namun tidak dalam kapasitas memimpinnya. Mereka juga tidak terlibat dalam aksi kekerasan," ujar juru bicara Militer Myanmar, Zaw Min Tun, Kamis, 1 Juli 2021.
Menurut laporan Reuters, para tahanan diantar langsung dengan bus yang berangkat dari Lapas Kolonial Insein di Yangon. Mereka, yang akhirnya bisa pulang, tidak bisa menahan diri untuk tersenyum dan memeluk anggota keluarga masing-masing ketika akhirnya bisa berkumpul kembali.
Salah satu dari tahanan yang dibebaskan adalah reporter kantor berita Myanmar Now, Kay Zon Nway. Ia sempat ditahan selama 124 hari karena dituduh terlibat dalam kasi unjuk rasa menentang pemerintah.
Para pengunjuk rasa yang mengenakan topeng yang menggambarkan pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, memberikan hormat tiga jari saat mereka mengambil bagian dalam protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. REUTERS/Stringer
Pemimpin Redaksi Myanmar Now, Swe Win, mengaku senang salah satu reporternya akhirnya bebas dari penjara. Walau begitu, kata ia, hal tersebut tidak menghapus fakta bahwa Militer Myanmar telah melakukan penangkapan secara sewenang-wenang dan tanpa bukti yang cukup.
"Seperti tahanan politik lainnya, dia ditahan tanpa alasan yang jelas. Ia sangat menderita di dalam penjara. Namun, hari ini, saya senang melihatnya bebas dan dalam kondisi jiwa yang lebih baik," ujar Swe Win.
Tidak semua pihak sepenuhnya bahagia dengan pembebasan tersebut. Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik (AAPP) menyatakan pembebasan tersebut hanya akal-akalan junta Myanmar untuk memberi kesan situasi di negeri seribu pagoda itu sudah membaik sementara realitanya tidak.
Menurut AAPP, penangkapan masih berlangsung di berbagai tempat di Myanmar. Salah satunya adalah di negara bagian Chin. Jumlah tahanan politik yang belum bebas pun, kata mereka, masih banyak. Menurut data AAPP, ada 5200 orang yang menjadi tahanan politik dan 883 yang tewas dibunuh Militer Myanmar.
Salah satu tahanan politik yang belum dibebaskan adalah Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi. Saat ini Aung San Suu Kyi masih menjalani proses hukum untuk berbagai perkara yang dituduhkan kepadanya mulai dari impor ilegal dan pelanggaran kerahasiaan negara.
Baca juga: Pemerintah Myanmar Batalkan Dakwaan Pada 24 Selebritas yang Buron
ISTMAN MP | REUTERS