TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak Presiden Amerika Joe Biden untuk segera mengangkat segala sanksi ke Iran sebagaimana dijanjikan dalam Perjanjian Nuklir 2015 (JCPOA). Argumen Guterres, negosiasi antara Iran dengan Amerika perihal kelanjutan perjanjian nuklir semakin mengerucut dan pengangkatan sanksi akan membantu kedua pihak untuk segera mencapai titik temu.
"Saya mendorong Amerika untuk segera mengangkat atau mengabaikan sanksi ke Iran. Saya juga mendorong Iran untuk segera mematuhi poin-poin yang diatur dalam perjanjian nuklir," ujar Guterres, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 30 Juni 2021.
Seperti diberitakan sebelumnya, Perjanjian Nuklir Iran, dikenal juga sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), adalah kesepakatan yang diteken delapan negara di tahun 2015. Tujuannya, memastikan program pengayaan nuklir Iran ditekan hingga 3,67 persen. Ada kekhawatiran cadangan uranium Iran cukup untuk membuat senjata pemusnah massal.
Tahun 2018, mantan Presiden Amerika Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan tersebut dan menjatuhkan sanksi ekonomi ke Iran. Mereka tidak percaya Iran akan patuh janji. Kesal ditelikung Amerika, Iran balik menggenjot program pengayaan nuklir dengan target setinggi mungkin.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.[REUTERS]
Situasi berubah ketika Joe Biden menggantikan Trump. Ia ingin membawa Amerika dan Iran sama-sama kemgbali ke Perjanjian Nuklir. Jika Iran kooperatif, Joe Biden berjanji sanksi ekonomi Iran akan ia angkat. Iran, sebaliknya, meminta sanksi diangkat dulu baru mereka kembali ke perjanjian. Sekarang, keduanya tengah bernegosiasi.
Guterres berkata, negosiasi yang ada telah mengerucut ke berbagai skenario yang bisa diambil oleh Iran dan Amerika untuk mencapai posisi mutual. Itulah kenapa, kata ia, dirinya mendesak kedua kubu untuk saling memenuhi syarat masing-masing agar perjanjian nuklir bisa kembali dipulihkan.
Duta Besar Uni Eropa yang mengkoordinir negosiasi antara Iran dan Amerika, Olof Skoog, mengamini pernyataan Guterres. Ia berkata, Amerika sudah menunjukkan kesiapan untuk mengangkat sanksi demi merevitalisasi Perjanjian Nuklir Iran. Walau begitu, kata ia, situasi bisa berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana jalannya negosiasi.
"Apa yang mungkin terjadi hari ini bisa berubah menjadi mustahil keesokan harinya. Kita hanya memiliki ruang diplomatik yang terbatas dan hal itu harus dimanfaatkan," ujar Skoog menegaskan.
Per berita ini ditulis, Iran telah menggenjot pengayaan uraniumnya hingga 60 persen, jauh di atas batas yang ditetapkan. Untuk membuat inti bom atom, pengayaan uranium harus mencapai 90 persen. Iran menyatakan tidak sulit menekan proses pengayaan selama Amerika memastikan sanksi diangkat.
Baca juga: Ebrahim Raisi Menjadi Presiden Iran, Kelanjutan Perjanjian Nuklir Dipertanyakan
ISTMAN MP | REUTERS