TEMPO.CO, - Pemerintah Singapura telah mencanangkan visi baru, yakni hidup berdampingan dengan Covid-19. Mereka akan memperlakukan Covid-19 seperti penyakit influenza biasa dan akan berhenti menghitung penambahan kasus harian.
Tiga anggota gugus tugas Covid-19 Singapura mengusulkan peta jalan kembali ke kehidupan normal dengan menghapus penguncian dan pelacakan kontak massal, mengupayakan perjalanan bebas karantina, dan diizinkannya kembali pertemuan besar.
Namun pemerintah Singapura tidak serta merta memberlakukan kebijakan nekat tersebut. Mengutip dari CNN, dua pertiga populasi Singapura akan mendapatkan vaksinasi lengkap pada 9 Agustus mendatang.
“Vaksin sangat efektif dalam mengurangi risiko infeksi sekaligus penularan. Bahkan jika anda terinfeksi, vaksin akan membantu mencegah gejala Covid-19 yang parah,” kata para menteri dikutip dari CNN, Rabu, 30 Juni 2021.
Karena semakin banyak orang yang divaksinasi, cara Singapura memantau jumlah infeksi Covid-19 setiap hari akan berubah. Mereka akan mengadopsi cara melacak infeksi influenza. Pihak berwenang hanya akan memantau mereka yang sakit parah atau berapa banyak pasien berada di unit perawatan intensif. Sementara pasien yang terinfeksi namun tidak parah akan diizinkan untuk dirawat di rumah. "Kami tidak akan terlalu khawatir tentang sistem perawatan kesehatan yang kewalahan," kata para menteri.
Orang-orang berbelanja bahan makanan di supermarket menjelang pemberlakuan lockdown di Singapura, Jumat, 14 Mei 2021. Singapura akan kembali melakukan pembatasa pembatasan pertemuan sosial dan kegiatan publik menyusul meningkatnya kasus Covid-19 di negara tersebut. REUTERS/Caroline Chia
Dengan varian baru yang berpotensi lebih menular yang menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia, para menteri mengatakan dosis vaksin penguat mungkin diperlukan di masa depan. Sebabnya mereka mengusulkan program vaksinasi multi-tahun.
Sementara pengujian dan pengawasan masih diperlukan, mereka mengusulkan untuk melakukan pengujian dalam skenario tertentu seperti menjelang acara sosial besar, atau saat bepergian kembali dari luar negeri, daripada melacak dan mengkarantina kontak dekat.
Untuk melakukan ini, dibutuhkan metode pengujian yang lebih cepat dan lebih mudah ketimbang tes PCR. Pemerintah Singapura melirik metode lain yang masih dalam pengembangan, yakni via breathalyzer yang hanya membutuhkan satu sampai dua menit untuk mengetahui hasilnya.
Seorang anggota staf mendemonstrasikan penggunaan alat tes breathalyzer Breathonix yang dikembangkan oleh Breathonix, sebuah perusahaan rintisan oleh National University of Singapore, yang mampu mendeteksi penyakit virus corona (COVID-19) dalam satu menit menurut perusahaan, di laboratorium mereka di Singapura 29 Oktober 2020. [REUTERS / Chen Lin]
Seiring berjalannya waktu, menurut para menteri, perawatan bagi pasien Covid-19 akan tersedia banyak. Terapi yang efektif dalam mengobati sakit kritis, dan mempercepat pemulihan, serta mengurangi keparahan penyakit dan kematian pun akan tersedia.
Pemerintah Singapura tetap meminta keterlibatan aktif dari masyarakat demi mengekang penularan Covid-19. Mereka berharap warga mempraktikkan tanggung jawab sosial seperti menjaga kbersihan yang baik dan menjauhi keramaian ketika merasa tidak sehat untuk mengurangi tingkat penularan.
"Dengan vaksinasi, tes, pengobatan dan tanggung jawab sosial, bisa berarti dalam waktu dekat, ketika seseorang terkena Covid-19, respons kami bisa sangat berbeda dari sekarang," kata para menteri.
Baca juga: Singapura Siapkan Rencana Hidup Normal Bersama Covid-19
Sumber: CNN
https://edition.cnn.com/travel/article/singapore-covid-plan-intl-hnk/index.html