TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi COVID-19 sudah berjalan selama setahun lebih. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai herd immunity, mulai dari lockdown hingga vaksinasi, namun hasilnya belum terlihat. Beberapa negara dan pakar mulai menyakini bahwa COVID-19 akan menjadi sesuatu yang endemik.
Endemik, mengacu pada penjelasan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika (CDC) adalah situasi di mana penyakit menular atau virus bertahan atau terus ada dalam populasi di sebuah wilayah. Dalam konteks COVID-19, jika disebut endemik, maka tidak akan hilang atau hidup bersama kita untuk waktu tertentu.
Berikut beberapa negara dan pakar yang menyarankan warga untuk siap berdamai dengan COVID-19. Menurut mereka, endemik akan lebih mungkin terjadi dibanding herd immunity:
1. Malaysia
Khairy Jamaluddin, Menteri Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi Malaysia. Sumber: Bernama/channelnewsasia.com
Menteri Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi Khairy Jamaluddin memperingatkan Pemerintah Malaysia untuk tidak sembarangan menggunakan istilah "herd immunity". Apabila memantau perkembangan pandemi dan tren varian-varian baru virus, Jamaluddin menyakini COVID-19 akan bertahan meski mayoritas warga divaksin.
"Vaksinasi COVID-19 bukanlah solusi pandemi, tapi hanya salah satu alat untuk mengendalikannya. Saya sudah berhenti menggunakan istilah Herd Immunity"
"Saya sudah memperingatkan PM Malaysia Muhyiddin Yassin untuk hati-hati menggunakan istilah Herd Immunity. Sebagai menteri, saya melihat data dan sains yang menunjukkan bahwa ini akan menjadi endemik. COVID-19 tidak akan seberbahaya sebelumnya, tapi akan hidup bersama kita untuk beberapa waktu ke depan," ujar Jamaluddin, dikutip dari Channel News Asia, 18 Juni 2021.
2. Singapura
PM Lee Hsien Long menerima vaksin Covid-19 dari Pfizer/BioNTech di Singapore General Hospital pada 8 Jan 2021.[The Straits Times/ Kementerian Komunikasi dan Informasi Singapura]
Total dua kali Singapura meminta warganya bersiap untuk memandang COVID-19 sebagai endemik. Pernyataan pertama dari PM Singapura Lee Hsien Loong pada awal Juni lalu. Ia berkata, meski dirinya optimistis pandemi COVID-19 bisa berakhir suatu saat nanti, dirinya tak mengesampingkan kemungkinan COVID-19 akan terus ada, menyebar secara global, dan warga dunia menjadi wajib vaksin tiap tahunnya.
"Warga harus siap patuh pada protokol kesehatan dan kemungkinan ledakan-ledakan wabah kecil. Selama mayoritas populasi kami divaksinasi, maka kami bisa melacak, mengisolir, dan menangani kasus-kasus COVID-19 yang muncul," ujar Lee Hsien Loong, meminta warga berdamai dengan COVID-19.
Pekan lalu, tiga menteri Singapura menegaskan kembali soal potensi COVID-19 menjadi hal yang endemik. Menteri Perdagangan Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan bahwa COVID-19 mungkin tidak akan pernah pergi dan hidup bersamanya menjadi normal baru.
Rencananya, Singapura tidak akan menargetkan nol penularan. Bukan hanya itu, para pelancong tidak akan diwajibkan lagi melakukan karantina mandiri dan korban kasus-kasus close-contact tidak harus melakukan isolasi.
Baca juga: Singapura Umumkan Rencana Baru Penanganan COVID-19, Ini 5 Poin Pentingnya
3. Kanada
Petugas memasangkan plester di lengan PM Kanada Justin Trudeau usai mendapatkan vaksinasi Covid-19 di sebuah apotek di Ottawa, Ontario, Kanada, 23 April 2021. REUTERS/Blair Gable
Kepala Tenaga Medis Ontario, Kieran Moore, menyatakan COVID-19 tidak akan pergi dalam waktu dekat meskipun vaksinasi mencapai target di Kanada. Sebab, kata ia, masih banyak warga di dunia yang belum divaksin dan COVID-19 masih terus bermutasi. Moore berkata, warga tersebut bisa sewaktu-waktu datang ke Kanada yang pada akhirnya menyebabkan virus tidak akan pernah benar-benar hilang.
"Penting warga Kanada sadar bahwa hanya 10 persen penduduk dunia yang memiliki akses mudah ke vaksin...90 persen dari penduduk dunia masih belum divaksin dan itulah kenapa virus COVID-19 akan terus menyebar, bermutasi, dan pendatang akan membawa kembali virus itu ke Kanada sewaktu-waktu," ujar Moore pada 24 juni lalu.
Moore menyakinkan bahwa menganggap COVID-19 akan menjadi endemil bukan berarti pemerintah Kanada akan lengah. Due diligence, kata ia, sudah dipersiapkan dan ia memprediksi status endemi akan dicapai pada periode September-Desember 2021.
"Kami bersiap untuk fase endemik dengan mempersiapkam petugas medis untuk case and contact management, meningkatkan kapasitas testing COVID-19, dan memulihkan kembali semua layanan kesehatan publik. Kami perlu manajemen yang solid, mampu memadamkan api dengan cepat, dan testing yang agresif," ujar Moore.
Baca juga: Singapura Siapkan Rencana Hidup Normal Bersama Covid-19
ISTMAN MP | REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA | NARCITY |