TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Korea Selatan melakukan pembaharuan di sejumlah sisi untuk meningkatkan pertahanannya dari ancaman Korea Utara. Selain menyetujui pengadaan alutsista intersepsi artileri yang menyerupai Iron Dome Israel, Korea Selatan juga menyetujui rencana pembaharuan (upgrade) lini jet tempur F-35 dan alutsista lainnya.
"Dengan proyek ini, kami harapkan kemampuan Korea Selatan untuk merespon ancaman artileri jarak jauh akan kian kuat, termasuk mengamankan teknologi dan sumber daya dalam negeri," ujar pernyataan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Suh Wook, Senin, 28 Juni 2021.
Korea Selatan dan sekutunya seperti Amerika sudah lama memantau ancaman Korea Utara. Negara pimpinan Kim Jong Un tersebut agresif menggenjot program persenjataannya. Beberapa yang mereka kembangkan mulai dari rudal balistik jarak jauh, rudal jarak pendek, hingga bom thermonuclear.
Rudal Hwasong-15 Korea Utara yang diklaim menjangkau daratan Amerika. Kredit: Daily Mail
Aksi agresif menggenjot program persenjataan itu sudah dilakukan sejak 2017 lalu. Di tahun tersebut, Korea Utara beberapa kali menguji rudal jarak jauhnya untuk mendemonstrasikan aksi tanggap cepat angkatan bersenjatanya.
Baca Juga:
Salah satu rudal balistik yang diuji saat itu adalah Hwasong-15 dengan daya jelajah 13.000 kilometer. Dengan daya jelajah tersebut, Korea Utara bahkan bisa menyasar pangkalan militer pasifik Amerika di Guam.
Di tahun 2021, Korea Utara dua kali memamerkan senjata baru. Belum diberi nama, senjata pertama adalah rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam. Rudal itu disebut mampu menampung hulu ledak sebesar 2,5 ton yang berarti bisa menampung hulu nuklir. Sementara itu, senjata kedua adalah peluru kendali taktis.
Pesawat Lockheed Martin F-35 terlihat di ILA Air Show di Berlin, Jerman, 25 April 2018. Amerika Serikat telah menjual jet tempur F-35 kepada sekutu, termasuk Turki, Korea Selatan, Jepang, dan Israel, tetapi penjualan F-35 ke negara Teluk Arab memerlukan tinjauan lebih dalam karena kebijakan AS agar Israel mempertahankan keunggulan militer di Timur Tengah. REUTERS / Axel Schmidt
"Ini adalah senjata terkuat di dunia," kata Kim Jong Un pada Januari lalu.
Di luar senjata-senjata yang tengah dikembangkan tersebut, Korea Utara masih memiliki ribuan senjata yang mereka tempatkan di garis perbatasan. Kurang lebih ada 1000 artileri (dari total 21.100, per 2017) dan peluncur multi-roket 240 milimeter yang diarahkan langsung ke Seoul.
Untuk merespon ancaman-ancaman itu, Korea Selatan menganggarkan hingga triliunan won. Untuk Iron Dome ala Israel, misalnya, nilai pengadaannya kurang lebih lebih 2,89 triliun Won (Rp37 triliun) dengan target siap pakai di tahun 2035. Sementara itu, untuk upgrade F-35, Korea Selatan menganggarkan 370 miliar Won (Rp4,7 triliun) dengan target 2030.
THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) adalah sistem pertahanan rudal Amerika Serikat yang paling canggih di dunia. Rudal THAAD tidak menghancurkan rudal balistik dengan hulu ledak, melainkan dengan energi kinetik. Rudal THAAD mampu menghadang rudal balistik di atmosfer maupun di luar atmosfer. U.S. Department of Defense, Missile Defense Agency/Handout via Reuters
Angka tersebut belum menghitung biaya pengembangan drone VTOL (Vertical Take-off or Landing) yang memakan biaya 1,28 triliun Won dan upgrade helikopter Chinook CH-47 senilai 1,3 triliun Won. Keduanya masuk dalam rencana peningkatan alutsista mereka.
Korea Utara, hingga berita ini ditulis, tidak memberikan komentar atas rencana Korea Selatan. Walau begitu, sejumlah pakar menyebutkan bahwa baik Korea Utara maupun Korea Selatan (beserta sekutunya) sudah lama bersiap untuk skenario perang. Di Korea Selatan saja, sudah siaga 28.500 tentara Amerika dan sistem intersepsi rudal THAAD yang juga dari Negeri Paman Sam.
Baca juga: Korea Selatan dan Indonesia Tingkatkan Kerja Sama Demi Proyek Jet Tempur
ISTMAN MP | REUTERS | YONHAP | BBC