TEMPO.CO, Jakarta - Korea Selatan pada Senin menyetujui rencana untuk mengembangkan sistem pencegat artileri senilai Rp37 triliun, mirip dengan sistem Iron Dome Israel, yang dirancang untuk melindungi dari persenjataan senjata jarak jauh dan roket Korea Utara, kata badan akuisisi pertahanan negeri ginseng tersebut.
Sebagian besar sistem itu akan dipasang di daerah sekitar Seoul, yang merupakan rumah bagi sekitar setengah dari total populasi 52 juta, dan berada dalam jangkauan senjata jarak jauh tetangga dan beberapa peluncur roket, menurut laporan Reuters, 28 Juni 2021.
Akhir tahun lalu cetak biru pertahanan pemerintah menyerukan pengembangan Iron Dome ala Korea Selatan yang dapat mempertahankan Seoul dan fasilitas utama.
Pada hari Senin sebuah komite yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Suh Wook menyetujui proyek tersebut, yang diharapkan akan selesai sekitar tahun 2035 dengan biaya 2,89 triliun won (Rp37 triliun), kata Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA).
"Melalui proyek ini, diharapkan kemampuan untuk merespon ancaman artileri jarak jauh musuh akan diperkuat, serta mengamankan teknologi dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja dalam negeri," katanya.
THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) adalah sistem pertahanan rudal Amerika Serikat yang paling canggih di dunia. Rudal THAAD tidak menghancurkan rudal balistik dengan hulu ledak, melainkan dengan energi kinetik. Rudal THAAD mampu menghadang rudal balistik di atmosfer maupun di luar atmosfer. U.S. Department of Defense, Missile Defense Agency/Handout via Reuters
Kementerian Pertahanan Nasional mengatakan ketika senjata yang ada seperti sistem pertahanan rudal Patriot dan THAAD dirancang untuk menargetkan rudal balistik jarak pendek Korea Utara yang semakin mumpuni, sistem baru ini bertujuan untuk melindungi dari artileri jarak jauh dan beberapa peluncur roket.
Tahun lalu, kementerian pertahanan berjanji untuk membangun sistem pertahanan udara seperti itu sebagai rencana jangka panjang.
Korea Utara tidak mengomentari pengerahan militernya, tetapi para ahli percaya sebagian besar dari 13.600 senjata dan peluncur roket Korea Utara ditempatkan di dekat perbatasan, sekitar 40 km jauhnya dari ibu kota Korea Selatan.
Pyongyang mengerahkan sekitar 1.000 artileri di sepanjang Garis Demarkasi Militer yang memisahkan kedua Korea, termasuk peluncur roket ganda 240 milimeter, yang sebagian besar ditujukan langsung ke Seoul dan wilayah metropolitan, menurut pejabat militer, Yonhap melaporkan.
Korea Utara juga telah berupaya untuk memajukan senjata konvensionalnya, memamerkan jenis baru rudal balistik jarak pendek, dan beberapa peluncur roket selama beberapa tahun terakhir, di tengah pembicaraan denuklirisasi yang terhenti dengan Amerika Serikat dan hubungan antar-Korea yang dingin.
Selain merencakan sistem Iron Dome, pemerintah Korea Selatan juga menyetujui rencana untuk meningkatkan jet tempur F-35A melalui program penjualan militer asing (FMS) government-to-government dengan Amerika Serikat.
Baca juga: Korea Selatan Khawatirkan Rudal Balistik Antar Benua Korea Utara
REUTERS | YONHAP