TEMPO.CO, Jakarta - Badan Antariksa Uni Eropa atau ESA ingin merekrut dan meluncurkan astronot difabel ke luar angkasa. Kepala ESA, Josef Aschbacher mengatakan sudah ada 22 ribu orang yang mendaftar untuk program tersebut.
“Kami ingin menerbangkan astronot difabel pertama kali dalam sejarah,” kata Josef dikutip dari Reuters, Jumat, 25 Juni 2021. “Saya senang dengan rencana ini karena munjukkan bahwa luar angkasa untuk semua orang,” kata dia melanjutkan.
ESA dengan roket Ariane sempat mendominasi pasar komersial peluncuran satelit. Namun, kini mereka mendapatkan banyak pesaing dari perusahaan swasta, seperti Blue Origin milik Jeff Bezos dan SpaceX milik Elon Musk. Pendiri Amazon, Bezos menargetkan akan menjaid manusia pertama yang terbang ke luar angkasa dengan roketnya sendiri bulan depan.
Josef berencana mengajak orang-orang kaya Eropa untuk mengejar ketertinggalan dari para pemain asal Silicon Valley. “Bisnis antariksa berkembang sangat cepat,” kata Josef.
Minat untuk bekerja di ESA semakin tinggi dengan 8 ribu pelamar, naik tiga kali lipat dibandingkan sepuluh tahun lalu. Hampir seperempat orang yang mendaftar adalah perempun. ESA berjanji akan mengembangkan teknologi yang memungkinkan orang difabel bisa terbang.
ESA merencanakan menerbangkan para astronot tidak hanya ke Stasiun Antariksa Internasional. Beberapa akan diterbangkan ke stasiun luar angkasa di bulan yang sedang direncanakan.
ESA juga tengah menimbang tawaran dari Rusia dan Cina untuk berpartisipasi dalam proyek stasiun di bulan. “Tawaran sudah diberikan dan itu ide yang bagus (untuk Uni Eropa),” kata Josef.
Baca juga: Pemesanan Kursi untuk Penerbangan Luar Angkasa 2024 Telah Dibuka, Berminat?
ROSSENO AJI | REUTERS