TEMPO.CO, Jakarta - Situasi pandemi COVID-19 di India perlahan membaik. Angka kasus harian mulai menurun. Dari puncaknya, 400 ribu kasus per hari di bulan Mei, sekarang India mencatat rata-rata 50 ribu kasus per hari. Walau begitu, sejumlah pihak mengatakan India belum bisa dikatakan sepenuhnya selamat.
Masih beredarnya varian Delta COVID-19 menjadi alasan di balik anggapan tersebut. Varian yang menurut Uni Eropa 40-60 persen lebih menular tersebut dianggap berbagai pihak bisa membuat situasi di India memburuk lagi. Dikutip dari BBC, Kamis, 24 Juni 2021, pakar medis memperkirakan gelombang ketiga COVID-19 akan menyerang India dalam waktu 12-16 pekan jika pandemi dan varian Delta tidak tertangani dengan baik.
"India sekarang berada dalam posisi yang rentan. Fase berikutnya akan bergantung pada bagaimana perilaku masyarakat," ujar Chandrakant Lahariya.
Para pakar mengakui bahwa belum ada cukup data untuk menyatakan varian Delta pasti akan menyebabkan gelombang ketiga pandemi COVID-19. Namun, karena varian Delta dapat menyebar dengan cepat dan tetap bermutasi, data-data yang dimiliki bisa berubah dalam hitungan pekan.
Harveer Singh, 65 tahun, seorang warga desa yang menderita COVID-19 beristirahat di ranjang darurat saat ia menerima perawatan di klinik terbuka darurat, di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), di desa Mewla Gopalgarh, di distrik Jewar, di negara bagian utara Uttar Pradesh, India, 16 Mei 2021.[REUTERS / Danish Siddiqui]
Baca juga: India Mulai Vaksinasi Covid-19 Gratis untuk Orang Dewasa
Salah satu pakar yang menyatakan hal itu adalah Epidemiologis Lalit Kant. Ia berkata, ancaman Delta akan terus ada apabila virus dibiarkan menyebar dan bermutasi. Oleh karenanya, kata ia, salah satu hal yang perlu dilakukan otoritas kesehatan adalah secara intensif melakukan sequencing untuk mengidentifikasi varian-varian baru yang berpotensi memperburuk situasi.
Hal senada disampaikan Dr. A Fathahudeen. Menurutnya, hal yang harus diwaspadai adalah mutasi varian Delta. Vaksin yang ada sekarang, kata ia, belum tentu akan bisa bekerja pada varian-varian baru. Jika ternyata tidak bisa mencegah mutasi varian Delta, maka gelombang baru bisa datang dengan lebih cepat.
"Menurut saya gelombang baru tak terhindarkan, namun kita bisa menundanya jika melakukan langkah tepat, seperti sequencing, untuk memantau mutasi virus dan memperketat protokol kesehatan. Jika tidak, gelombang ketiga bisa lebih cepat," ujarnya.
Selain potensi varian baru, hal yang membuat India belum bisa dikatakan sepenuhnya selamat adalah angka vaksinasi COVID-19. Beberapa pakar menyebut angka vaksinasi India masih rendah. Per berita ini ditulis, India menyuntikkan 3,25 juta dosis per hari. Angka itu jauh lebih rendah dibanding target, 8-9 juta dosis per hari.
Sejumlah pasien dengan gangguan pernapasan menerima bantuan oksigen gratis di Gurudwara (kuil Sikh), di tengah Tsunami COVID-19 di Ghaziabad, India, 30 April 2021. REUTERS/Adnan Abidi
Dengan capaian sejauh ini, menurut data BBC, baru 4 persen warga India yang sudah divaksin penuh. Sementara itu, warga yang sudah menerima paling tidak satu dosis ada 18 persen. Mayoritas kelompok yang belum divaksin adalah kelompok remaja. Mereka yang diprediksi bakal menjadi kelompok rentan berikutnya.
"Mereka adalah kelompok populasi yang masih perawan dalam hal vaksinasi karena memang tidak ada vaksinasi tersedia untuk mereka. Jika anak-anak dalam jumlah besar terinfeksi dan kita tidak siap, tidak ada yang bisa dilakukan last minute," ujar Kepala Epidemiologi dari National Institute of Mental Health and Neuroscience, Pradeep Banandur.
Meski pesimistis gelombang ketiga bakal bisa dihindari, para pakar sepakat bahwa setidaknya India sudah punya modal pengalaman menghadapi gelombang kedua. Selama India tetap waspada, mereka menyakini gelombang ketiga bisa minimal dihadapi dan terkendali jika tak bisa dihindari.
Per berita ini ditulis, India tercatat memiliki 30 juta kasus dan 392 ribu kematian akibat COVID-19.
Baca juga: India Kebut Imunisasi Massal Vaksin Virus Corona
ISTMAN MP | BBC | THE NATIONAL | REUTERS