TEMPO Interaktif, Lima - Peru: Indonesia dan Australia akan bangun fasilitas penanggulangan bencana alam bersama. Proyek tersebut diharapkan mampu mengurangi dampak bencana secara signifikan.
“Kita semua tahu bahwa bencana alam dapat terjadi tanpa pemberitahuan, kapan saja, dan memberikan dampak yang sangat besar kepada kita,” kata Presiden Yudhoyono di depan wartawan Indonesia dan Australia, di sela acara APEC di Lima, Peru, Sabtu petang waktu setempat atau Ahad sore waktu Indonesia bagian barat. “Bencana tersebut tidak hanya mengambil nyawa, tetapi juga mengambil mata pencaharian bagi yang selamat dari bencana."
Sebuah fasilitas untuk mengurangi dampak bencana alam akan dibangun di Jakarta tahun depan. Australia-Indonesia Disaster Reduction Facility ini adalah hasil kerja sama pemerintah RI dan Australia setelah pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Kevin Ruud di Jakarta, Juni lalu. Hasil kajian tim ahli kedua negara atas gagasan itu akhirnya menyimpulkan diperlukannya pembentukan AIDRF yang direncanakan beroperasi mulai April 2009.
Kajian tim ahli dua negara menyimpulkan frekuensi bencana alam yang berkaitan dengan perubahan iklim terus meningkat. Bila pada kurun 1987 – 1998 hanya terjadi rata-rata 195 kali setahun, pada kurun 2000 – 2006 meningkat menjadi 365 kali setahun. Dampak bencana pun ternyata amat bergantung pada sejauh mana persiapan telah dilakukan.
Badai Sidr yang mengharubiru Bangla Desh pada bulan November 2007 mempunyai kekuatan nyaris sama dengan badai Nargis yang menyapu Burma pada Mei lalu. Namun karena persiapan kedua pemerintahan yang mempunyai tingkat ekonomi serupa ini amat berbeda, dampak kerugian yang muncul pun jauh dari serupa. Di Bangla Desh hanya 3000 penduduknya tewas sementara di Burma lebih dari seratus ribu jiwa melayang.
Mengingat di kawasan Asia Pasifik yang rawan gempa saja terdapat beberapa kota besar yang berpotensi kehilangan jiwa sampai di atas satu juta bila kena bencana, maka pemerintah RI dan Australia bersepakat untuk membangun AUDRF. Fasilitas ini akan dimanfaatkan untuk kerjasama bilateral maupun regional dalam memitigasi dampak bencana melalui upaya pengkajian, perencanaan dan pelatihan bersama.
Untuk membiayai kegiatan ini, Perdana Menteri Kevin Ruud menyatakan pemerintahnya telah mengalokasikan dana 67 dolar Australia, atau hampir setengah trilyun rupiah, untuk lima tahun pertama. “Kami melakukan hal ini bersama karena kami berdua adalah ketua satuan tugas mitigasi bencana alam di APEC,” katanya dalam konferensi pers bersama Presiden Yudhoyono usai mengadakan pertemuan bilateral di Hotel Melia Lima, Sabtu petang.
Bambang Harymurti (Lima)