TEMPO.CO, Jakarta - Lain Jakarta, lain pula Berlin untuk jalur sepeda. Ketika tren bersepeda marak di kala pandemi Covid-19, ibu kota Jerman memanfaatkan tren ini dengan membangun lebih banyak jalur sepeda permanen selama lockdown virus corona.
Berlin telah membuat sekitar 25 km jalur sepeda temporer tambahan sejak Covid-19 melanda pada 2020 ketika para komuter beralih ke sepeda untuk menghindari transportasi umum yang padat. Kota-kota Eropa lainnya seperti Paris dan London juga telah menambah jalur sepeda.
Di beberapa bagian Berlin, jalur temporer yang biasanya ditandai dengan pita kuning yang menempel di jalan, sekarang dibuat permanen, diperlebar dan dilindungi dengan lebih baik, dengan bollard atau landaian rendah untuk menghentikan mobil atau van yang menghalanginya, seperti dikutip dari Reuters, 23 Juni 2021.
Pekerja membangun jalur sepeda di Bergmannstrasse di Berlin, Jerman, 22 Juni 2021. [REUTERS/Michele Tantussi]
Distrik Friedrichshain-Kreuzberg, yang muncul dengan ide jalur jalur temporer yang disebut pop-up, secara resmi membuka jalur sepeda baru pada hari Senin dan mulai bekerja untuk membuat jalan sibuk lainnya yang hanya dapat diakses oleh sepeda dan pejalan kaki.
Asosiasi Pengendara Sepeda Jerman (ADFC) mengatakan lalu lintas sepeda naik 25% di Berlin karena jalur sepeda pop-up dan pandemi Covid-19.
ADFC menyambut baik membuat jalur sepeda permanen tetapi mengatakan lebih banyak yang harus dilakukan untuk melindungi pengendara sepeda di Berlin, di mana lima pesepeda telah tewas tahun ini.
Berlin saat ini diperintah oleh Sosial Demokrat kiri-tengah, dengan Partai Hijau dan partai Linke sayap kiri.
Mempromosikan mobilitas yang lebih ramah lingkungan diharapkan menjadi topik utama dalam pemilihan federal Jerman pada September.
Jajak pendapat menunjukkan Partai Hijau, yang menginginkan lebih banyak investasi dalam jalur sepeda dan fasilitas bersepeda lain atau transportasi umum, tertinggal di belakang Demokrat Kristen Kanselir Angela Merkel, yang terlihat dekat dengan lobi mobil negara itu.
Pekerja membangun jalur sepeda di Bergmannstrasse di Berlin, Jerman, 22 Juni 2021. [REUTERS/Michele Tantussi]
Sebuah studi yang diterbitkan daring pada 29 Maret lalu di Proceedings of National Academy of Sciences, menemukan bahwa di kota-kota di mana infrastruktur sepeda ditambahkan, bersepeda telah meningkat hingga 48 persen lebih banyak daripada di kota-kota yang tidak menambahkan jalur sepeda.
Dikutip dari New Tork Times, kota-kota padat di mana angkutan umum sudah populer umumnya mengalami peningkatan terbesar. Di kota-kota dengan kepadatan lebih rendah, lebih banyak mobil per kapita dan kecepatan lalu lintas yang lebih tinggi, peningkatan bersepeda lebih sederhana. Paris, yang menerapkan program jalur sepeda lebih awal dan memiliki program jalur sepeda pop-up terbesar dari kota mana pun dalam penelitian ini, memiliki salah satu peningkatan pesepeda terbesar.
Para peneliti mengumpulkan data, termasuk panjang jalur sepeda baru dan data dari konter sepeda, dari 106 kota di seluruh Eropa. Perangkat penghitung sepeda memungkinkan para peneliti untuk mengukur jumlah pengendara sepeda di seluruh kota, tidak hanya di jalur sepeda baru. Mereka menganalisis jumlah pesepeda dari Maret hingga Juli dan menemukan bahwa di kota-kota yang telah menambahkan jalur sepeda, bersepeda meningkat 11 persen menjadi 48 persen lebih banyak daripada di kota-kota yang tidak menambahkan jalur sepeda, New York Times melaporkan, mengutip penelitian tersebut.
Namun Jakarta rupanya tidak berbagi pandangan yang sama soal fasilitas pesepeda. Sebelumnya Kapolri Jendera Listyo Sigit Prabowo mengatakan setuju jalur sepeda permanen di Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, dibongkar. Pernyataan rencana pembongkaran jalur sepeda Jakarta disampaikan Kapolri saat rapat dengar pendapat bersama anggota DPR di Gedung DPR 16 Juni kemarin.
Baca juga: Jalur Sepeda di 5 Negara Maju, dari Surga Pesepeda Hingga Ada Atap Panel Surya
REUTERS | NEW YORK TIMES | TEMPO