TEMPO.CO, Jakarta - Kremlin pada Senin mengatakan Amerika Serikat tidak akan berhenti untuk terus menahan Rusia setelah pertemuan Vladimir Putin dan Joe Biden.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden bertemu minggu lalu di Jenewa, yang mereka berdua gambarkan sebagai pertemuan pragmatis.
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada CNN pada hari Minggu bahwa Amerika Serikat sedang mempersiapkan lebih banyak sanksi sehubungan dengan keracunan kritikus Kremlin Alexei Navalny.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada hari Senin bahwa Rusia telah menyadari kemungkinan sanksi AS yang akan datang.
"Kata-kata presiden tentang suasana konstruktif selama KTT tidak menunjukkan bahwa kami telah menjauh dari penilaian yang bijaksana tentang hubungan bilateral kami dengan Amerika Serikat," kata Peskov, dikutip dari Reuters, 21 Juni 2021.
"Pragmatisme dan ketenangan adalah yang paling penting dalam hubungan ini. Dan keduanya menunjukkan bahwa hasil positif yang konstruktif dari KTT itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa Amerika Serikat akan meninggalkan kebijakannya untuk menahan Rusia," katanya.
Navalny diterbangkan ke Jerman pada Agustus tahun lalu setelah diracun dengan apa yang dikatakan dokter Jerman sebagai agen saraf kelas militer era Soviet Novichok. Pihak berwenang Rusia telah berulang kali membantah meracuni Navalny seperti yang dituduh Barat.
Kemeterian Luar Negeri Rusia pada Senin mengatakan Amerika Serikat dan Rusia akan membahas "normalisasi" kedutaan besar masing-masing sebagai awal dari kesepakatan dua pemimpin.
Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, yang telah keluar dari Washington selama berbulan-bulan, kembali pada hari Minggu setelah KTT Joe Biden dan Vladimir Putin.
Baca juga: Joe Biden Hadiahkan Vladimir Putin Kacamata Aviator
REUTERS