TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus pada Ahad meminta para pemimpin militer Myanmar untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan demi pengungsi, orang-orang kelaparan yang melarikan diri dari pertempuran sejak kudeta 1 Februari, dan untuk menghormati situs-situs keagamaan sebagai tempat perlindungan.
Berbicara pada pemberkatan hari Minggu kepada jemaah di Lapangan Santo Petrus, Fransiskus mengatakan dia ingin menegaskan seruan serupa para uskup Katolik Myanmar minggu lalu.
Paus Fransiskus, yang telah mengajukan banyak permohonan untuk pembebasan tahanan politik di Myanmar, berbicara tentang pengalaman memilukan ribuan orang di Myanmar yang terlantar dan sekarat karena kelaparan.
Dikutip dari Reuters, 20 Juni 2021, Sri Paus mendukung seruan para uskup kepada pihak berwenang untuk mengizinkan koridor kemanusiaan untuk mendapatkan bantuan kepada orang-orang terlantar dan untuk menghormati gereja, pagoda, biara, masjid, kuil, sekolah dan rumah sakit, sebagai tempat perlindungan yang netral.
Penduduk desa yang melarikan diri dari Negara Bagian Karen difoto di lokasi tak dikenal 28 Maret 2021 dalam gambar yang diperoleh dari media sosial ini. [Karen Teacher Working Group melalui REUTERS]
Pada kesempatan ini, Paus Fransiskus juga mengingatkan bahwa hari ini (20 Juni) bertepatan dengan Hari Pengungsi Sedunia PBB dengan tema "Bersama kita sembuh, belajar dan bersinar".
Paus meminta agar kita membuka hati untuk para pengungsi dan berbagi dalam kesedihan dan kegembiraan mereka. "Kita mesti belajar dari ketangguhan mereka yang berani untuk menjadi masyarakat yang lebih manusiawi, satu keluarga besar," kata Paus Fransiskus, Vatican News melaporkan.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Jumat menyerukan embargo senjata ke Myanmar dan mendesak junta militer untuk menghormati hasil pemilu 8 November dan membebaskan tahanan politik, termasuk pemimpin yang ditahan Aung San Suu Kyi.
Baca juga: Paus Fransiskus Kritik Kudeta Myanmar Di Kala Junta Berkelit
REUTERS | VATICAN NEWS