TEMPO.CO, - Jumlah kematian akibat Covid-19 di Brasil tembus 500 ribu pada Sabtu kemarin. Vaksinasi tertunda dan sikap pemerintah yang tidak mendukung protokol kesehatan disebut-sebut sebagai penyebabnya.
Brasil mencatat 500.800 kematian dari 17.883.750 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, menurut data Kementerian Kesehatan pada hari Sabtu, seperti dikutip dari Reuters, Ahad, 20 Juni 2021. Ini merupakan jumlah kematian resmi terburuk di luar Amerika Serikat. Selama sepekan terakhir, Brasil mencatat rata-rata 2 ribu kematian per hari.
Para pakar kesehatan dan ahli epidemiologi memperingatkan kematian akibat Covid-19 di Brasil bisa terus meningkat lantaran musim dingin tiba dan varian baru dari virus corona. Hingga kini 11 persen orang Brasil yang telah mendapatkan dosis lengkap vaksin.
Gonzalo Vecina, mantan kepala regulator kesehatan Brasil Anvisa, mengatakan jumlah kematian akibat Covid-19 di Brasil dapat meningkat jauh lebih tinggi. "Saya pikir kami akan mencapai 700 ribu atau 800 ribu kematian sebelum kami melihat efek vaksinasi," ucap dia .
Vecina mengecam penanganan pandemi oleh Presiden Jair Bolsonaro, termasuk kurangnya tanggapan nasional yang terkoordinasi, keraguannya terhadap vaksin, lockdown, dan kewajiban memakai masker yang ia coba longgarkan.
Raphael Guimaraes, seorang peneliti di pusat biomedis Brasil Fiocruz, mengatakan penundaan program vaksinasi Brasil berarti efek penuhnya tidak akan terasa sampai September atau lebih. Ia memperingatkan Brasil kembali ke momen terburuk dari puncak pandemi pada Maret-April lalu ketika negara itu mencatatkan rata-rata 3 ribu kematian per hari.
"Kami masih dalam situasi yang sangat kritis, dengan tingkat penularan yang sangat tinggi dan hunian tempat tidur rumah sakit yang masih kritis di banyak tempat," katanya.
Ribuan warga Brasil pun memprotes manajemen pandemi Bolsonaro dalam unjuk rasa besar kemarin. Warga menyalahkan pemerintah atas tingginya angka kematian dan menyerukan penggulingan presiden.
Baca juga: Ada 98.832 Kasus Baru Positif Covid-19 di Brasil
Sumber: REUTERS