TEMPO.CO, Jakarta - Mungkin Pedro Castillo kecil tidak menyangka akan menjadi presiden Peru, ketika dia masih seorang bocah laki-laki di pedesaan utara Peru, tatkala mengumpulkan dan menghancurkan batang tebu di pertanian kecil orang tuanya.
Castillo adalah mantan guru dan pemimpin serikat pekerja yang kemudian menjadi kandidat dari partai sayap kiri Marxis yang telah memecah belah Peru dan mengguncang politik negara Andes, perusahaan pertambangan tembaga, dan pasar bebas Peru.
Pria 51 tahun itu mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden Peru pada Selasa, setelah penghitungan suara putaran kedua berakhir, meskipun saingan sayap kanan Keiko Fujimori bersumpah untuk menggugat hasilnya dan badan pemilihan belum mengonfirmasi Castillo sebagai pemenang. Pada akhir penghitungan resmi, Castillo unggul 44.058 suara dari Fujimori.
"Sekarang saatnya bagi rakyat Peru untuk bersatu, untuk melancarkan perjuangan tidak hanya melawan pandemi, tetapi juga 'pandemi' lain yang telah terjadi dalam 30 tahun terakhir," kata Castillo kepada para pendukung yang bersorak dari balkon, Selasa, dikutip dari Reuters, 16 Juni 2021.
Dia mengunggah foto dirinya dengan tangan terangkat dan kata 'Presiden' dalam font besar di Twitter, menambahkan, "Era baru telah dimulai."
Kebangkitannya didorong oleh kekecewaan yang meluas terhadap partai-partai politik lama dan meningkatnya kemiskinan di negara berpenduduk sekitar 33 juta orang, yang membuat kemajuan pembangunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir tetapi dihantam oleh wabah virus corona paling mematikan di dunia.
"Jangan pernah lagi menjadi orang miskin di negara kaya!" adalah slogan Castillo saat kampanye sambil mengenakan topi khas Andes bertepi lebar, kadang-kadang menari dan membawa balon besar berbentuk pensil, simbol partainya dan lambang latar belakangnya dalam pendidikan.
Kandidat presiden Peru Pedro Castillo tiba untuk mengadakan konferensi pers di Lima, Peru 15 Juni 2021. [REUTERS/Sebastian Castaneda]
Castillo telah berjanji untuk menyusun ulang konstitusi Peru untuk memperkuat peran negara, mengambil bagian keuntungan yang jauh lebih besar dari perusahaan pertambangan yang katanya telah "menjarah" negara. Ia juga mengancam akan menasionalisasi industri-industri utama.
"Proyek Gas Camisea harus kita nasionalisasi, emas, perak, uranium, tembaga, lithium yang baru saja diserahkan ke negara lain, itu harus untuk Peru," katanya pada April di daerah asalnya, Cajamarca.
Baru-baru ini dia telah melunakkan retorikanya, dengan mengatakan pada hari Selasa bahwa dia akan menjamin ekonomi yang stabil, menghormati kepemilikan pribadi dan menghormati investasi swasta.
Dalam sebuah wawancara setelah pemilu, penasihat ekonomi utama, Pedro Francke, mengatakan sebagai presiden Castillo akan menghindari intervensi besar-besaran, meskipun kenaikan pajak pertambangan diperlukan untuk mendanai reformasi sosial.
Analis dan investor mengatakan kongres yang terfragmentasi kemungkinan akan membatasi kekuasaannya untuk membuat perubahan ekonomi mendadak.
Tetapi para kritikus masih khawatir rencananya akan mengguncang fondasi politik dan ekonomi Peru setelah lebih dari tiga dekade kebijakan ramah pasar yang telah membuat Peru menjadi tempat yang relatif aman di Amerika Latin yang bergejolak.
Castillo awalnya dikenal rakyat Peru sebagai pemimpin pemogokan guru yang panjang pada tahun 2017. Dia tinggal di kota kecil Chugur bersama istrinya Lilia Paredes, juga seorang guru, dan memiliki tiga anak.
Dia berasal dari distrik di mana kaum kiri memilih dan di mana ia menyambut awak media saat sarapan bersama anggota keluarga, banyak yang mengenakan topi pucat berbingkai lebar yang sama dan berbagi roti bersama.
Adegan itu mencerminkan warisan Andes-nya. Sebuah poster keagamaan berbunyi, dalam bahasa Inggris, "Jehovah is my shepherd" yang merefleksikan nilai-nilai konservatif yang dianut Castillo, yang sesuai dengan kepercayaan sosialisnya.
"Kami dibuat dengan nilai-nilai Kristen dan moral dan tidak ada tempat untuk hal-hal di luar itu," Raul Oblitas, keponakan Castillo, mengatakan di luar rumah sederhana kandidat presiden di Chugur.
Oblitas berbicara panjang lebar tentang latar belakang Castillo dalam pendidikan dan perjuangannya untuk hak-hak guru sebagai tonggak penting dalam perkembangan politiknya. Dia mengatakan Castillo tidak didorong oleh uang, dia juga tidak ingin mendirikan pemerintahan bergaya komunis seperti yang diklaim beberapa orang.
Sebaliknya, ia ingin memecah kesenjangan geografis dan ras yang membuat masyarakat pedesaan Peru telah ditinggalkan, karena kota-kota besar seperti ibu kota Lima, mengambil manfaat utama dari pertumbuhan yang didorong oleh pertambangan selama beberapa dekade.
"Kelas-kelas yang terlupakan sekarang menemukan perlindungan dalam usulan Profesor Pedro Castillo. Mengapa? Karena dia mewakili rakyat. Pedro Castillo adalah guru biasa seperti orang lain, dia adalah seorang petani," kata Oblitas.
Kandidat presiden Peru Pedro Castillo berbicara kepada media saat sarapan bersama anggota keluarganya sebelum memberikan suaranya, di Chugur, Peru 6 Juni 2021. [REUTERS/Alessandro Cinque]
Castillo memasuki politik pada tahun 2002 ketika ia gagal mencalonkan diri sebagai wali kota untuk partai Possible Peru yang berhaluan tengah dari mantan presiden Alejandro Toledo.
Baru pada tahun 2020 Castillo bergabung dengan partai Peru Libre-nya saat ini, yang didirikan oleh mantan gubernur dan dokter Vladimir Cerron, seorang pengagum Marxis-Leninis Kuba, Venezuela, dan Bolivia yang dilarang mencalonkan diri karena tuduhan korupsi di masa lalu.
Castillo berusaha menjaga jarak dari Cerron. "Di sini keputusan dibuat oleh Castillo. Senor Cerron secara hukum dihalangi dan Anda bahkan tidak akan melihatnya menjabat di lembaga negara mana pun," katanya selama kampanye.
Castillo, yang tiba dengan menunggang kuda untuk memberikan suara dalam pemungutan suara putaran pertama, tetap teguh pada kebutuhan untuk mendistribusikan kembali kekayaan dan pandangan sosial konservatifnya, termasuk menentang aborsi.
Nilai-nilai Castillo itu telah membantu meyakinkan pemilih seperti Jose Diez Dias, 75 tahun, di Plaza de Chota di Cajamarca.
"Dia dikenal sebagai guru dan dia adalah orang yang baik," katanya. "Kita akan kelaparan dan kita harus mendukung rakyat Peru."
Dari rumah sederhananya, Pedro Castillo akan menempati rumah baru: Istana Pemerintah Lima, juga disebut Casa de Pizarro, dinamai dari penakluk Spanyol Francisco Pizarro Gonzalez yang sekitar 500 tahun lalu menaklukkan pemimpin adat Atahualpa di Cajamarca.
Baca juga: Jalan Pedro Castillo ke Kursi Presiden Peru Selangkah Lagi
REUTERS