TEMPO.CO, Jakarta - Cina pada Rabu mengatakan tidak ada kebocoran di pembangkit listrik tenaga nuklir Taishan dan tidak menaikkan tingkat batas aman radiasi di dekat pembangkit, setelah CNN melaporkan ada dugaan kebocoran di reaktor nuklir Taishan pekan ini.
CNN melaporkan pada hari Senin bahwa Framatome, perusahaan Prancis yang merancang reaktor, mengatakan bahwa regulator keselamatan nuklir Cina telah menaikkan batas tingkat radiasi yang diizinkan di luar pabrik di provinsi tenggara Guangdong untuk mencegah pembangkit dimatikan.
Kementerian Ekologi dan Lingkungan Cina, yang mengawasi pengawas keselamatan nuklir negara itu, mengatakan pada hari Rabu bahwa tuduhan yang dilaporkan CNN salah.
Administrasi Keselamatan Nuklir Nasional (NNSA) dilaporkan telah meninjau spesifikasi untuk gas mulia yang digunakan dalam pendingin reaktor di Taishan, tetapi ini diklaim tidak ada hubungannya dengan deteksi radiasi di luar pembangkit nuklir.
Peningkatan tingkat radiasi terdeteksi di sirkuit utama di reaktor Unit 1 Taishan, tetapi itu dalam parameter untuk operasi yang aman, kata kementerian.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh kerusakan selubung sejumlah kecil batang bahan bakar, yang normal selama produksi, transportasi, dan pemuatan bahan bakar, kata kementerian itu di akun media sosial Wechat-nya.
"Pemantauan lingkungan di sekitar pabrik Taishan tidak menemukan parameter abnormal...menunjukkan tidak ada kebocoran sama sekali," kata kementerian.
Sekitar lima dari 60.000 batang bahan bakar di inti reaktor Unit 1 diperkirakan telah rusak, berjumlah kurang dari 0,01% dari total, jauh di bawah jumlah maksimum yang dirancang sebesar 0,25%, katanya.
Kementerian mengatakan akan memantau secara dekat tingkat radioaktivitas di reaktor dan juga menjaga komunikasi dengan Badan Energi Atom Internasional serta pengawas keselamatan nuklir Prancis.
Framatome mengatakan pada hari Senin sedang menilai situasi di pabrik Taishan, yang katanya beroperasi dalam parameter keselamatan menurut data yang tersedia.
Proyek Taishan, di provinsi Guangdong, sekitar 200 km dari Hong Kong, adalah perusahaan patungan antara Cina General Nuclear Power Corporation dan EDF Prancis. Proyek itu selesai pada 2019 dan terdiri dari dua reaktor generasi ketiga yang dirancang Prancis.
Cina saat ini memiliki 49 unit reaktor nuklir yang sekarang beroperasi penuh, tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Prancis.
Badan Energi Atom Internasional memberi peringkat insiden keselamatan nuklir dalam skala dari satu hingga tujuh. Cina mengatakan PLTN-nya tidak pernah mengalami peristiwa yang lebih tinggi dari skala dua. Bencana Fukushima dan Chernobyl menempati peringkat tujuh.
Regulator energi Cina, Administrasi Energi Nasional, memperkenalkan pedoman kualitas baru untuk sektor energi nuklir pada akhir tahun lalu.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pedoman itu diterbitkan, dikatakan "masalah kualitas" telah muncul selama pembangunan reaktor nuklir dalam beberapa tahun terakhir.
Dikatakan proses pengadaan peralatan terlalu fokus pada penghematan biaya dan proses desain seringkali tidak memadai, tetapi regulator Cina tidak menyebutkan nama pembangkit listrik tenaga nuklir mana yang dimaksud.
Baca juga: Semua PLTN Ditutup, Jerman Bingung Buang Limbah Nuklir Berbahaya
REUTERS