TEMPO.CO, - Ribuan nasionalis sayap kanan Israel menggelar pawai bendera di Yerusalem Timur pada Selasa kemarin. Hal ini kembali memicu ketegangan antara Israel dan Palestina lantaran yel-yel provokatif yang diteriakkan peserta.
Menurut laporan Reuters, lagu-lagu nasionalis bergema di gang-gang tempat para pedagang Palestina menutup toko Mereka. Beberapa peserta meneriakkan kalimat "Matilah orang Arab" di pawai itu.
Hal ini langsung direspon oleh Yair Lapid, menteri luar negeri Israel yang baru. "Itu bukan Yudaisme, dan itu bukan Israel, dan itu jelas bukan apa yang dilambangkan oleh bendera kami," tulis Lapid di Twitter dikutip dari Reuters, Rabu, 16 Juni 2021.
Kepolisian Israel dengan perlengkapan anti huru hara dan menunggang kuda mencoba meminimalisir kemungkinan gesekan antara warga Israel dan Palestina. Mereka menjaga jalan-jalan yang mengarah ke Gerbang Damaskus untuk membersihkan daerah itu dari orang-orang Palestina sebelum para demonstran tiba.
Mereka juga mencegah massa mendekati Gerbang Damaskus dan mengalihkan rute pawai ke wilayah pinggiran.
Ribuan peserta pawai menari dan menyanyikan “rakyat Israel hidup” sambil membawa bendera biru dan putih Israel dan memenuhi alun-alun di depan gerbang yang biasa menjadi tempat berkumpulnya masyarakat Palestina.
“Perhatikan baik-baik bendera kita. Hidup dan menderita,” kata seorang pengunjuk rasa, dengan megafon di satu tangan dan cerutu di tangan lainnya. Ia berteriak dalam bahasa Ibrani kepada para pedagang Palestina di sisi lain penghalang polisi yang didirikan di jalan Yerusalem Timur.
Pawai ini masyarakat Israel adakan untuk memperingati hari pendudukan Yerusalem Timur dalam perang 1967. Belakangan Israel mencaplok sedikit demi sedikit wilayah itu dalam sebuah langkah yang tidak mendapat pengakuan internasional dan menganggap seluruh kota sebagai ibu kotanya. Sementara Palestina ingin Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara masa mereka yang mencakup Tepi Barat dan Gaza.
Bulan lalu, konfrontasi Israel-Palestina di Yerusalem yang diperebutkan membantu memicu 11 hari pertempuran lintas perbatasan antara Israel dan kelompok militan Hamas yang berkuasa di Gaza.
Baca juga: Naftali Bennett: Israel Negara Impian Yahudi yang Pantas Diwujudkan
Sumber: REUTERS