TEMPO.CO, - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu di sela perhelatan KTT NATO di Brussels, Belgia. Tidak ada terobosan yang dihasilkan dari terkait hubungan kedua negara seperti soal pembelian senjata Rusia oleh Turki, konflik di Suriah dan Libya, serta masalah lainnya.
"Kami mengadakan pertemuan yang positif dan produktif," kata Biden pada konferensi pers seperti dikutip dari Reuters, Selasa, 15 Juni 2021.
Menurut Biden, diskusi keduanya akan dilanjutkan oleh utusan masing-masing. "Saya yakin kami akan membuat kemajuan nyata dengan Turki dan Amerika Serikat," ucap dia.
Erdogan menuturkan pembicaraannya dengan Biden di sela-sela KTT NATO produktif. Menurut dia, tidak ada masalah di kedua negara yang tidak dapat diselesaikan dengan baik. "Kerja sama bagi kami lebih banyak dan lebih besar daripada masalah," katanya.
Terlepas dari nada optimistis publik mereka, tidak ada yang memberikan perincian tentang bagaimana tepatnya mereka akan memperbaiki hubungan atau menyusun langkah-langkah yang akan membantu meredakan ketegangan antara sekutu NATO.
Seperti diketahui, Turki yang memiliki kekuatan militer terbesar kedua di NATO membuat AS dan sekutu lainnya meradang saat mereka membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia dan ikut campur dalam konflik di Suriah dan di Libya.
Sebagai presiden, Biden mencoba melakukan pendekatan yang lebih dingin ketimbang pendahulunya, Donald Trump, terhadap Erdogan. Misalnya, Biden mengakui pembantaian orang-orang Armenia pada 1915 sebagai genosida. Hal ini sebuah membuat marah Turki dan meningkatkan kritik terhadap catatan hak asasi manusia negara itu.
Selain itu, Amerika Serikat mengeluarkan Turki dari program jet tempur F-35 dan memberlakukan sanksi atas pembelian rudal S-400 Rusia.
Erdogan mencoba mengambil peran di NATO saat menawarkan Turki untuk menjaga bandara Kabul setelah Joe Biden menarik pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan.
Baca juga: Di Depan Pengusaha AS, Erdogan Singgung Era Baru Turki-Amerika
Sumber: REUTERS