TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Bantuan Kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, mengkritik rencana negara anggota G7 menyumbangkan 1 miliar dosis vaksin COVID-19 per tahun depan. Menurutnya, rencana tersebut hanyalah langkah kecil dan G7 tetap tidak memiliki rencana jelas bagaimana mereka akan mendistribusikan dosis itu.
"Bantuan amal berskala kecil dan sporadis dari negara-negara kaya ke negara miskin tidak bisa disebut sebagai rencana serius. Hal itu tidak akan mengakhiri pandemi COVID-19," ujar Lowcock, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 15 Juni 2021.
Diberitakan sebelumnya, anggota G7 yang terdiri atas Amerika, Jepang, Jerman, Prancis, Italia, dan Kanada bertemu di Cornwall, Inggris, pekan lalu untuk membahas salah satunya respon pandemi. Dalam pertemuan itu, mereka sepakat untuk menyumbangkan 1 miliar dosis vaksin COVID-19 menyusul keluhan WHO soal terjadinya disparitas antara negara kaya dan miskin.
Selain sepakat menyumbangkan total 1 miliar dosis vaksin, ketujuh negara juga sepakat bekerjsama dengan sektor swasta serta negara anggota G20. Hal tersebut untuk menggenjot produksi vaksin COVID-19.
Aktivis Oxfam mengenakan kepala papier mache yang menggambarkan para pemimpin G7 bersantai di pantai saat aksi protes iklim di Pantai Swanpool dekat Falmouth, selama KTT G7, di Cornwall, Inggris, 12 Juni 2021. REUTERS/Phil Noble
Lowcock berkata, ada beberapa hal yang dilupakan tujuh negara dalam pembahasan soal respon pandemi itu. Salah satunya adalah vaksinasi harus bersifat menyeluruh, bukan pada negara kaya saja atau negara miskin saja. Apa yang disampaikan oleh G7 hanya untuk negara miskin menurut Lowcock.
Selain itu, juga bagaimana memastikan vaksin yang terdistribusi benar-benar dipakai untuk vaksinasi. Lowcock menyinggung masih adanya keraguan terhadap vaksinasi COVID-19 menurut sejumlah orang.
"Apa yang dunia butuhkan saat ini adalah G7 membantu vaksinasi secara global. Apa yang kami dapat malah rencana vaksinasi untuk 10 persen populasi negara-negara dengan perekonomian menengah ke bawah," ujar Lowcock.
Menurut Lowcock, G7 bisa melihat langkah IMF sebagai referensi. IMF, Mei lalu, mengumumkan usulan anggaran US$50 miliar untuk mengakhiri pandemi. Anggaran itu untuk menggenjot vaksinasi COVID-19 agar mengcover 40 persen penduduk dunia per akhir 2021 dan 60 persen per awal 2022.
"Itu kesepakatan abad ini," ujar Lowcock. Lowcock juga meminta G7 tidak hanya membantu dalam hal vaksin, tetapi juga bantuan-bantuan vital lainnya seperti oksigen bantuan, ventilator, alat test, dan alat pelindung diri. Hal itu, kata ia, penting untuk negara-negara yang masih menunggu mendapatkan suplai vaksin COVID-19.
Baca juga: Upaya G7 Bantu Atasi Pandemi Dinilai Setengah Hati
ISTMAN MP | REUTERS