TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan perlawanan Myanmar di Negara Bagian Chin mengatakan mereka membunuh 27 tentara rezim junta militer, termasuk seorang kapten, di dekat kota Thantlang dan Hakha pada hari Kamis selama penyergapan.
Dalam satu bentrokan, anggota Pasukan Pertahanan Chinland (CDF) menyergap sekitar 30 tentara di pegunungan Khualhring di luar Thantlang, menewaskan sedikitnya 17 orang dalam waktu satu jam, kata seorang juru bicara yang meminta identitasnya dirahasiakan, menurut outlet media Myanmar Now, 12 Juni 2021.
"Kali ini mereka datang dengan sepeda motor dan kami mengambil kesempatan untuk menyergap mereka," katanya.
Pada hari Selasa anggota CDF mundur dari daerah itu ketika mereka melihat pesawat tak berawak militer memeriksa lokasi mereka, katanya. Kemudian pada hari Rabu, para pejuang menahan diri dari menyerang pasukan karena mereka berada di dekat daerah permukiman.
Kemudian pada hari Kamis, CDF menyerang sebuah kolom yang terdiri dari sekitar 50 tentara di dekat Jalan Raya Gangaw-Hakha, sekitar 50 km selatan Hakha. Sedikitnya 10 tentara tewas dan sisanya mundur dari daerah tersebut.
Militer Myanmar dilaporkan menggunakan RPG dan senapan mesin selama pertempuran hari Kamis tetapi tidak ada korban dari pasukan perlawanan, menurut CDF, yang anggotanya sebagian besar dipersenjatai dengan senapan rakitan dan senjata ringan lainnya.
CDF dibentuk pada awal April dengan orang-orang etnis Chin dari sembilan kotapraja di Negara Bagian Chin serta dari daerah-daerah di luar negara bagian.
Daerah pinggiran dan perbatasan Myanmar telah menjadi titik panas pertempuran selama sebulan terakhir, ketika kelompok etnis bersenjata Myanmar dan orang-orang yang menentang rezim militer, mulai melakukan perlawanan bersenjata memprotes penahanan pemimpin pro-demokrasi Aung San Suu Kyi dan pejabat sipil lain.
Pada Kamis junta Myanmar membuka kasus korupsi terhadap Aung San Suu Kyi dengan menuduhnya menerima suap, Reuters melaporkan.
Pengacara Suu Kyi menyebut tuduhan itu absurd.
Kasus-kasus itu adalah yang terbaru dari serangkaian kasus yang diajukan terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, 75, yang digulingkan dalam kudeta 1 Februari.
Kudeta terhadap Aung San Suu Kyi oleh junta militer telah menjerumuskan Myanmar ke dalam kekacauan, dengan protes dan mogok nasional harian, serta kerusuhan di daerah-daerah, yang menurut milisi anti-junta merenggut nyawa 37 tentara pada hari Kamis.
Baca juga: PBB: Apa yang Terjadi di Myanmar Adalah Bencana Kemanusiaan
MYANMAR NOW | REUTERS