TEMPO.CO, Jakarta - Umat Islam di Selandia Baru pada Jumat, 11 Juni 2021, mengutarakan keberatan atas rencana untuk memfilmkan peristiwa penembakan masjid di Kota Christchurch pada 15 Maret 2019 lalu. Penolakan itu karena keluarga korban dan masyarakat sekitar masih berduka atas peristiwa tersebut.
Film itu rencananya akan diberi judul ‘They Are Us’ dan akan memfokuskan respon Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern atas serangan pada dua masjid oleh seorang pelaku yang beraliran supermasis.
Seorang petugas polisi berpatroli di depan Masjid Al Noor, Selandia Baru, seusai insiden penembakan massal oleh pelaku teroris Brenton Tarrant. Stuff
Judul film itu diambil dari kalimat Arden ketika peristiwa terjadi. Ardern, 40 tahun, mendapat pujian secara global atas responnya ketika terjadi serangan penembakan di dua masjid di Christchurch karena reaksinya dianggap mempersatu bangsa.
“Masih banyak kepekaan di sekitar kejadian – kejadian tragis. Kendati pengakuan terhadap Perdana Menteri kami sudah sepantasnya, kami mempertanyakan waktu dan apakah sebuah film pantas untuk saat ini? luka akibat serangan terorisme masih dalam di komunitas kami,” kata Abdigani Ali, juru bicara Muslim Association of Canterbury.
Perdana Menteri Ardern sudah menjaga jarak dengan proyek film ini. Kantor Perdana Menteri Selandia Baru mengatakan Ardern dan Pemerintah Selandia Baru tidak punya sangkut-paut dengan hal ini.
Rencananya, aktris Rose Byrne akan memainkan peran sebagai Ardern di film tersebut dan Andrew Niccol akan menjadi penulis serta sutradara dalam film itu.
Niccol meyakinkan ‘They Are Us’ bukan melulu tentang serangan terorisme, namun bagaimana meresponnya. Dia menggambarkan film ‘They Are Us’ sebagai kisah inspirasional mengenai pemimpin muda dalam menanggapi sejumlah kejadian tragis.
Sumber: Reuters