TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut Presiden Amerika Joe Biden sebagai "udara segar" dalam hubungan Amerika - Inggris. Menurut Johnson, dalam pertemuan keduanya di G7 Summit, Biden benar-bernar berniat untuk bekerjasama dengan Inggris dalam berbagai isu mulai dari perubahan iklim, COVID-19, hingga keamanan.
"Rasanya baru, menarik, dan kami berdua bekerja sama dengan keras. Kami berdiskusi selama kurang lebih 1 jam 20 menit. Sesi yang panjang dan bagus," ujar Boris Johnson di lokasi G7 Summit, Cornwall, Kamis, 10 Juni 2021.
Johnson tak lupa menyinggung isu Perjanjian Jumat Agung antara Irlandia dan Irlandia Utara yang kelanjutannya dipertanyakan Amerika akibat Brexit. Ia tidak memberikan jawaban detil, namun menyampaikan bahwa Amerika, Inggris, dan Uni Eropa dalam posisi harmonis untuk mencari solusi atas status kedua Irlandia.
Presiden AS Joe Biden memberi hormat saat menaiki Air Force One saat ia berangkat dalam perjalanan untuk menghadiri KTT G7 di Inggris, perjalanan luar negeri pertama kepresidenannya, dari Pangkalan Militer Gabungan Andrews, Maryland, AS, 9 Juni 2021. [REUTERS/Kevin Lamarque]
Joe Biden sendiri, menurut Boris Johnson, tidak memberikan ultimatum apapun soal Irlandia dalam diskusi kedua. Johnson menyakini hal tersebut karena Joe Biden optimistis Inggris dan Amerika bisa bekerjasama mencari solusi atas kelanjutan Perjanjian Jumat Agung yang diteken tahun 1998.
"Amerika, Inggris, dan Uni Eorpa memiliki tujuan yang sama yaitu menegakkan Perjanjian Jumat Agung dan memastikan keseimbangan serta damai tetap berjalan. Saya optimistis," ujar Johnson.
Sebelum bertemu dengan Johnson di lokasi G7 Summit, Biden dikabarkan akan membawa isu Irlandia ke pria yang baru saja menikah tersebut. Biden tidak mau Johnson sampai menimbulkan ketegangan dengan Uni Eropa, yang bisa saja menghanguskan Perjanjian Jumat Agung, gara-gara Brexit.
Sebagai catatan, Perjanjian Jumat Agung memisahkan Irlandia dan Irlandia Utara menjadi dua wilayah berbeda. Irlandia menjadi republik, bergabung dengan Uni Eropa. Sementara itu, Irlandia Utara, menjadi bagian dari Inggris.
Kepala juru runding perdagangan Inggris, David Frost, dan Duta Besar Inggris untuk Uni Eropa, Tim Barrow, melihat Perdana Menteri Boris Johnson menandatangani kesepakatan perdagangan Brexit dengan Uni Eropa di kediaman perdana menteri Downing Street No 10 di London, Inggris, 30 Desember 2020.[Leon Neal/Pool via REUTERS]
Masalah muncul di Irlandia ketika Brexit diteken Uni Eropa dan Inggris. Uni Eropa ingin melindung pasarnya dari Inggris, tetapi Irlandia berbagi perbatasan dengan Irlandia Utara. Menjadi pertanyaan soal apakah Irlandia Utara mengikuti aturan pasar Uni Eropa atau pasar Inggris.
Jika mengikuti Pasar Uni Eropa, maka semua barang dari Inggris akan diperiksa begitu tiba di Irlandia Utara yang notabene wilayahnya sendiri. Di sisi lain, barang Irlandia Utara tetap keluar masuk dengan mudah ke Eropa. Sejumlah serikat tidak terima Irlandia Utara diperlakukan berbeda dan meminta Inggris menimbang kembali Perjanjian Jumat Agung.
"Presiden Joe Biden jelas dengan sikapnya bahwa Perjanjian Jumat Agung harus dipertahankan untuk menjaga damai antara Irlandia dan Irlandia Utara. Segala langkah yang mengancamnya tidak akan diterima oleh Amerika," ujar Penasihat Keamanan Nasional Amerika, Jake Sullivan, menjelang pertemuan Amerika - Inggris di G7 Summit.
Baca juga: Uni Eropa Gugat Inggris karena Langgar Perjanjian Perbatasan Brexit
ISTMAN MP | REUTERS