TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Malta Evarist Bartolo kecewa Inggris mengabaikan masukan dari ilmuwan dan memilih mengambil langkah politik ketika memutuskan untuk tidak memasukkan Malta pada daftar negara aman Covid-19 menurut Inggris.
Sebelumnya pada akhir pekan lalu, Inggris melakukan revisi daftar negara-negara zona hijau. Pelancong dari negara-negara yang ada dalam daftar itu, tidak membutuhkan karantina mandiri saat tiba di Inggris.
Orang-orang berjalan di Jembatan Milenium dengan latar pemandangan Katedral St. Paul di London, Inggris, Sabtu, 1 Agustus 2020. Pemerintah Inggris pada Jumat lalu mengumumkan penundaan pelonggaran beberapa langkah pembatasan menyusul jumlah infeksi coronavirus yang meningkat. (Xinhua/Han Yan) Politikus Malta mengkritisi pemerintah Malta yang sudah dianggap gagal dalam meyakinkan London bahwa Malta adalah tempat yang aman bagi turis. Malta sebelumnya mengumumkan nol kasus
virus corona.
Menurut Bartolo, Pemerintah Inggris tidak ingin warganya pergi ke luar negeri karena waswas kasus positif virus corona di dalam negeri akan bertambah.
"Inggris sedang mengabaikan nasehat ilmuwan. Negara itu mengambil keputusan politik dengan tidak membolehkan perjalanan ke mana pun, kendati sudah mendapat tekanan dari maskapai, biro perjalanan wisata dan masyarakat pada umumnya," kata Bartolo di Facebook.
Sebelumnya pada Senin kemarin Malta melaporkan tidak ada kasus positif Covid-19 di negara itu untuk pertama kalinya sejak 11 bulan. Separuh dari populasi orang dewasa di
Malta sudah mendapat vaksin virus corona dosis penuh (2) dan 75 persen sudah mendapat suntik dosis pertama. Angka itu, tertinggi di Uni Eropa.
Sumber: Reuters