TEMPO.CO, Jakarta - Kardinal Kanada, Michael Czerny, membela Paus Fransiskus soal minimnya permintaan maaf darinya terkait penemuan 215 jenazah pribumi di sekolah Katolik. Ia berkata, warga Kanada perlu memberikan kesempatan kedua pada Paus Fransiskus kerena ia benar-benar terkejut dan sedih soal temuan tersebut.
Diberitakan sebelumnya, warga dan Pemerintah Kanada mengkritik Paus Fransiskus karena tidak meminta maaf secara jelas soal penemuan ratusan jenazah di Sekolah Katolik Kamloops Indian, British Columbia, Mei lalu. Menurut mereka, apa yang warga pribumi butuhkan bukan rasa sedih ataupun ajakan rekonsiliasi dari Paus Fransiskus, tetapi permintaan maaf.
"Saya berharap warga Kanada bisa memberi Paus Fransiskus kesempatan kedua karena sebenarnya apa yang ia sampaikan benar-benar tulus," ujar Czerny, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 8 Juni 2021.
Czerny melanjutkan, dirinya bisa paham kenapa warga Kanada marah atas pernyataan Paus Fransiskus. Ia berkata, ucapan Paus tidak sesuai ekspektasi atau harapan warga Kanada. Namun, kata ia, rasa penyesalan juga ada di dalam ucapan Paus Fransiskus jika diperhatikan baik-baik.
A look inside Canada's residential school system after the remains of 215 children, some as young as three years old, were found at a former school. More photos: https://t.co/c76JShhFc6 Shingwauk Residential Schools Centre pic.twitter.com/MknE0ISL2k
— Reuters Pictures (@reuterspictures) June 4, 2021
Menurut Czerny, apa yang perlu dilakukan sekarang adalah membangun jembatan antara Paus Fransiskus, Gereja Katolik, dan warga pribumi Kanada soal temuan di Kamloops. Menurutnya, hal itu akan membantu penyelesaian atas kasus tersebut.
"Meski apa yang ia ucapkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau diinginkan, apa yang dia katakan bermaksud baik. Alangkah baiknya jika ucapan ia diterima."
"Saya berharap warga bisa menerima ucapannya, tidak hanya kata-katanya, tetapi juga maknanya, makna kemanusiaannya, makna spiritualnya," ujar Czerny yang merupakan satu dari dua kardinal asal Vatikan.
Jumat kemarin, PM Kanada Justin Trudeau sudah menegaskan bahwa Gereja Katolik harus bertanggung jawab atas 215 pelajar sekolah yang tewas di Kamloops. Menanggapi pernyataan Paus Fransiskus, administrasinya mengatakan hal itu masih kurang kuat dan pihaknya akan kembali menuntut permintaan maaf darinya.
Sementara itu, salah satu penyintas Kamloops, Saa Hiil Thut (72), menyatakan tidak ada satupun pihak yang dimintai pertanggungjawaban atas apa yang terjadi di sekolahnya. Mereka, kata Hiil Thut, lolos begitu saja tanpa hukuman apapun dari Gereja Katolik.
Sekolah Katolik Kamloops, yang ditutup pada 1978, memisahkan secara paksa sekitar 150 ribu anak-anak pribumi dengan keluarga mereka. Banyak yang menjadi sasaran pelecehan, pemerkosaan, dan kekurangan gizi. Hal itu terungkap dalam Truth and Reconcilliation Commission 2015 yang disebut sebagai Genosida Budaya.
Baca juga: Paus Fransiskus Minta Rekonsiliasi Atas Temuan Kuburan Massal Anak-anak Kanada
ISTMAN MP | REUTERS