TEMPO.CO, Jakarta - PM Benjamin Netanyahu masih belum terima dirinya akan dilengserkan oleh koalisi kanan - sentris Naftali Bennet dan Yair Lapid. Menurutnya, upaya mengganti dirinya dengan Bennet adalah wujud kecurangan pemilu dalam sejarah demokrasi di Israel.
"Kita sedang menyaksikan salah satu kecurangan pemilu terbesar dalam sejarah Israel. Menurut saya, bahkan dalam sejarah demokrasi di manapun," ujar Netanyahu dalam pertemuan partainya, Likud, dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 6 Juni 2021.
Menurut Netanyahu, unsur kecurangan bisa dilihat pada janji Bennet. Ia berkata, Bennett berjanji kepadanya untuk tidak berkoalisi dengan kubu sayap kiri ataupun sentris demi memperkuat kubu sayap kanan. Kenyataannya, kata Netanyahu, Bennet malah mengkhianati dirinya dengan merapat ke Yair Lapid dari kubu sentris.
Netanyahu memperingatkan kembali bahwa koalisi Bennet - Lapid akan membawa bencana ke Israel. Hal itu melingkupi berbagai hal mulai dari ancaman program nuklir Iran hingga ancaman milisi Palestina Hamas. Sebagai catatan, Israel dan Hamas sempat bertarung selama 11 hari perihal isu penggusuran Sheikh Jarrah.
"Kami, saya dan rekan-rekan di Likud, dengan sepenuhnya hati menentang koalisi kebohongan dan berbahaya ini," ujar Netanyahu kesal.
Pernyataan Netanyahu itu nyaris berbarengan dengan ucapan Kepala Keamanan Domestik Israel Shin Bet. Shin Bet berkata, ada potensi kekerasan politis atas perubahan di pemerintahan. Diskursus online, kata Bet, bisa berubah menjadi kekerasan fisik.
Menanggapi pernyataan Netanyahu, Naftali Bennett yang berasal dari partai ekstrim kanan Yamina itu menyebutnya sebagai satu kebohongan lagi. "Biarkanlah negeri ini untuk maju. Jangan rusak jasa-jasa kamu selama ini. Kami, seluruh warga Israel, ingin mengingat seluruh jasa kamu," ujar Bennett.
Diberitakan sebelumnya, partai koalisi oposisi pada Rabu malam mengumumkan bahwa mereka sepakat untuk membentuk pemerintahan baru, manuver politik yang akan menggeser perdana menteri terlama Israel, Benjamin Netanyahu.
Hal itu merupakan tindak lanjut tugas dari Presiden Israel Reuven Rivlin untuk membentuk kabinet baru. Rivlin mendapati Netanyahu telah gagal membentuk kabinet baru usai Pemilu Israel pada 23 Maret lalu. Pemilu itu sendiri berakhir imbang antara blok sayap kanan dan blok agama yang dipimpin Netanyahu.
Baca juga: Para Rabi Terkemuka Israel Menolak Pemerintahan Naftali Bennett dan Yair Lapid
ISTMAN MP | REUTERS