TEMPO.CO, Jakarta - Urusan mantan Presiden Amerika Donald Trump dengan pakar medis Anthony Fauci belum usai. Dikutip dari kantor berita Reuters, Donald Trump kembali menyerang pria yang sekarang menjabat Kepala Penasihat Medis untuk Presiden Joe Biden itu. Topiknya tidak jauh dari COVID-19.
Hal itu dilakukan Donald Trump dalam event Konvensi Partai Republik di Greenville, North Carolina, Sabtu waktu setempat. Dalam event itu, ia menyebut Fauci menyebar ketakutan soal COVID-19. Salah satunya, kata Trump, ketika Fauci memaksa warga Amerika memakai masker agar terlindung dari COVID-19.
"Dia bukan dokter yang baik. Dia adalah promotor yang baik," ujar Donald Trump, Sabtu, 6 Juni 2021.
Tidak berhenti di situ, Donald Trump lanjut menyerang keyakinan Anthony Fauci soal asal virus COVID-19. Donald Trump masih menyakini virus tersebut berasal dari lab di Wuhan, berbeda dengan Fauci yang menyakini COVID-19 tidak mungkin diciptakan oleh manusia berdasarkan struktur proteinnya.
"Dia salah dalam banyak isu dan dia juga salah soal Wuhan dan laboratorium," ujar Donald Trump, seperti biasa tanpa menunjukkan bukti satupun.
Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, Dr. Anthony Fauci, menghadiri pertemuan respons virus Corona dengan Presiden AS Donald Trump dan Gubernur Lousiana John Bel Edwards di Oval Office Gedung Putih, Washington, AS, 29 April 2020.[REUTERS]
Pernyataan Donald Trump tersebut menyusul permintaan Presiden Joe Biden pekan lalu agar lembaga intelijen dan medis Amerika kembali meninjau kemungkinan COVID-19 berasal dari lab. Sebagaimana diketahui, asal-usul COVID-19 belum terungkap sepenuhnya karena sejumlah batasan yang diterapkan Pemerintah Cina.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang ditugaskan untuk menyelidiki asal usul COVID-19, menyakini virus COVID-19 dibawa oleh hewan liar yang datang dari luar negeri. Mereka tidak menyakini virus diciptakan oleh manusia. Walau begitu, mereka berencana menggelar investigasi sekali lagi, kali ini tanpa pengawasan Cina.
Investigasi pertama WHO diputuskan saat Donald Trump masih menjadi Presiden Amerika. Trump aktif menyerang Cina soal COVID-19 dan mendesak adanya investigasi ke sana, menyakini negeri tirai bambu itu sebagai dalang pandemi sesungguhnya. Hal itu sempat membuat Cina menentang segala bentuk investigasi, menganggapnya bernada politis. Mereka baru menyetujui setelah dijanjikan ikut berperan.
"Cina harus membayar US$10 triliun atas segala kerusakan yang mereka sebabkan lewat COVID-19 ke Amerika dan negara-negara lainnya," ujar Donald Trump.
Di masa kepemimpinannya, Donald Trump dianggap tak becus menangani pandemi COVID-19. Ia telat merespon pandemi, sempat menyepelekan virus, tidak taat prokes, dan bahkan sempat positif COVID-19. Hal itu berperan pada kekalahannya di Pilpres Amerika 2020.
Baca juga: Gara-gara Donald Trump, Facebook Akhiri Fitur Istimewa untuk Politisi?
ISTMAN MP | CNN