TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) mendesak negara anggota G7 untuk tidak pelit membagikan surplus vaksin COVID-19. Keduanya menyebut pembagian surplus vaksin COVID-19 adalah salah satu strategi agar negara-negara tertinggal bisa segera melakukan vaksinasi.
Di samping itu, IMF dan Bank Dunia meminta perusahaan farmasi pengembang vaksin untuk lebih transparan dalam hal kontrak pengadaan, pendanaan, serta pengiriman. Hal itu untuk memastikan ketersediaan vaksin COVID-19 serta negara mana saja yang belum mendapatkannya.
"Memperluas distribusi vaksin COVID-19 adalah kebutuhan darurat dan tanggung jawab moral. Pandemi COVID-19 tidak akan rampung semua semua mendapatkannya, termasuk mereka yang tinggal di negara berkembang," ujar pernyataan bersama Managing Director IMF Kristalina Georgieva dan Presiden World Bank David Malpass, dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 4 Juni 2021.
Malpass dan Georgieva direncanakan bertemu dengan delegasi negara G7 pada Jumat ini untuk membahas masalah vaksin serta langkah penanganan pandemi COVID-19 lainnya. Ketujuhnya meliputi Inggris, Amerika, Kanada, Jerman, italia, Prancis, dan Jepang.
Dari ketujuh negara itu, yang sudah dipastikan bakal membagikan surplus vaksin COVID-19 adalah Amerika. Kamis kemarin, waktu setempat, Presiden Joe Biden mengungkapkan bahwa Amerika memiliki 80 juta dosis yang siap dibagikan ke negara-negara lain. Dari 80 juta dosis tersebut, 25 juta dosis akan dikirimkan bulan ini.
"Itu langkah yang bagus dan saya berharap akan ada lebih banyak dosis vaksin COVID-19 ke depannya," ujar Malpass.
Wakil Presiden Pengembangan Manusia dari World Bank, Mamta Murthi, memberikan apresiasi senada kepada Amerika. Ia berkata, di saat separuh dari populasi Amerika telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, persentase vaksinasi di negara-negara berkembang masih satu digit. Vaksin bantuan dari Amerika, menurut Murthi, bisa membantu pemecahan masalah tersebut.
Seblumnya, World Bank, WHO, dan WTO (Organisasi Dagang Dunia) mendukung rencana bantuan senilai US$50 miliar dari IMF untuk memperluas akses ke vaksin COVID-19. Ketiganya berharap bank-bank multilateral ikut berperan ke depannya.
Baca juga: WHO Sahkan Penggunaan Vaksin COVID-19 Sinovac
ISTMAN MP | REUTERS