TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Rabu, 2 Juni 2021, mengumumkan pihaknya mungkin akan berhati-hati dalam mencabut aturan pencegahan penyebaran wabah virus corona (lockdown). Pasalnya, saat ini masih belum jelas bagaimana melindungi populasi dari pandemi virus corona.
Inggris berencana mencabut lockdown pada akhir Juni 2021. Namun Perdana Menteri Johnson memperingatkan pada penyebaran varian baru Covid-19 jenis B.1.617.2., yang terdeteksi di India. Kondisi ini bisa menggagalkan rencana Inggris yang ingin mengakhiri lockdown persisnya pada 21 Juni 2021.
Orang-orang mengantre di luar toko Tesco, di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), ketika pembatasan baru mulai berlaku, di London, Inggris, 21 Desember 2020. [REUTERS / Hannah McKay]
Pada Rabu, 2 Juni 2021, Perdana Menteri Johnson mengatakan data saat ini tidak memperlihatkan sinyalemen kalau Pemerintah Inggris harus mengulur waktu untuk mencabut lockdown. Namun saat yang sama, Johnson tidak berani berjanji 21 Juni lockdown Inggris pasti akan dicabut.
“Saya belum bisa berkaca pada data saat ini. Itu artinya, kita belum bisa mengambil langkah keempat atau membuka lockdown pada 21 Juni 2021. Kita harus berhati-hati,” kata Johnson.
Menurut Johnson, yang harus difokuskan saat ini adalah sejauh mana program imunisasi massal cukup melindungi masyarakat Inggris, khususnya lansia dan orang-orang yang rentan terhadap varian baru Covid-19. Johnson waswas data masih ambigu.
Dia menambahkan, telah melakukan sejumlah pertemuan hampir setiap hari untuk mengevaluasi data dengan masukan dari para ilmuwan. Arahan dari sejumlah ilmuwan menyebut mereka masih memerlukan data soal dampak varian baru Covid-19.
Baca juga: Menkes Inggris Bantah Tudingan Mantan Penasihat Boris Johnson Soal COVID-19
Sumber: Reuters