TEMPO.CO, Jakarta - Somaliland pada Senin, 31 Mei 2021, mengumumkan akan menyelenggarakan pemilu parlemen untuk pertama kalinya setelah 16 tahun. Politikus melihat rencana penyelenggaraan pemilu ini menjadi bukti mulai ada stabilitas yang komparatif di Somaliland.
Somaliland adalah sebuah wilayah yang pada 1991 melepaskan diri dari Somalia. Sejauh ini kemerdekaan Somaliland belum mendapat pengakuan secara luas dari dunia internasional.
Setalah perang sipil selama tiga dekade bersama Somalia, Somaliland secara keseluruhan relatif damai.
“Pemungutan suara yang damai,” kata Presiden Somaliland Musi Bihi.
Ketua oposisi Somaliland, Abdirahmaan Mohamed Abdulahi menyerukan kepada masyarakat Somaliland agar memberikan hak suara mereka dengan damai dan tenang.
Total ada 246 kandidat yang mengikuti pemilu parlemen ini untuk memperebutkan 82 kursi. Pemilu diikuti oleh tiga partai besar di Somaliland.
Secara perhitungan kasar, ada lebih dari satu juta orang yang mendaftar sebagai pemilih dalam pemilu parlemen ini. Somaliland memiliki populasi lebih dari empat juta jiwa.
Pemilu parlemen di Somaliland sudah tertunda hampir 10 tahun gara-gara sengketa diantara tiga partai besar di wilayah itu. Mereka meributkan soal komposisi Komisi Pemilihan Umum, yang pada akhirnya bisa diselesaikan.
Kendati pemilu parlemen tertunda, namun pemilu presiden tetap dilaksanakan pada 2017. Pemilu Presiden memenangkan Bihi sebagai orang nomor satu di Somaliland. Pemilu Somaliland diperkirakan diadakan pada tahun depan.
Pada bulan ini, Somaliland menerima Mosi Percaya internasional ketika DP World dari Dubai mengumumkan sejumlah rencana bermitra dengan Ethiopia untuk bersama-sama mengembangkan pelabuhan Berbera di Somaliland. Proyek ini diperkirakan akan membawa investasi senilai USD 1 miliar (Rp 14 trilun) dalam 10 tahun ke depan.
Baca juga: Ditanya Pencalonan Jadi Wapres Filipina, Rodrigo Duterte Pasrahkan ke Tuhan
Sumber: Reuters