TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Amerika membahas perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences atau GSP selama kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Wendy Sherman ke Jakarta pada Senin.
GSP adalah program preferensi perdagangan AS terbesar dan tertua. Didirikan melalui Trade Act tahun 1974, GSP mempromosikan pembangunan ekonomi dengan menghilangkan bea atas ribuan produk ketika diimpor dari salah satu dari 119 negara dan wilayah penerima yang ditunjuk.
"Generalized System of Preferences saat ini sedang dalam proses finalisasi di legislasi Amerika Serikat. Tetapi kedua pemerintah optimistis kerja sama ini akan berlanjut dan lebih kuat lagi," kata Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar dalam konferensi pers bersama di Jakarta, 31 Mei 2021.
Mahendra Siregar berharap perpanjangan GSP dapat meningkatkan nilai perdagangan bilateral yang saat ini mendekati USD 30 miliar atau sekitar Rp 428 triliun.
Pemerintah Indonesia juga akan mengundang investor Amerika Serikat untuk memberikan umpan balik perihal Undang-undang Cipta Kerja.
Wendy Sherman mengatakan Indonesia merupakan bagian penting dunia dan menjadi mercusuar toleransi beragama di dunia sebagai negara Muslim terbesar sekaligus salah satu negara demokrasi di dunia.
"Amerika Serikat berbagi dengan Indonesia kepercayaan fundamental demokrasi dan ekonomi berbasis inovasi. Untuk mengakhiri pandemi ini AS bermitra dengan Indonesia dan untuk membangun kembali ekonomi bersama pascapandemi," kata Wendy Sherman.
Selain masalah ekonomi, lawatan Wendy Sherman ke Indonesia juga membahas isu Palestina, Myanmar, Indo-Pasifik, perubahan iklim, dan perlindungan diaspora Indonesia di Amerika Serikat.
Baca juga: Kontak Sri Mulyani, Menkeu Amerika Ingin Tingkatkan Kerja Sama