TEMPO.CO, Jakarta - Amerika menyusul Uni Eropa perihal sanksi untuk Belarus atas insiden pembajakan pesawat Ryanair. Dikutip dari kantor berita Reuters, administrasi Presiden Amerika Joe Biden tengah mengkaji siapa saja pejabat Pemerintah Belarus yang akan mereka kenai sanksi.
Tidak berhenti di situ, Amerika juga membekukan perjanjian Amerika - Belarus tahun 2019 di mana mengizinkan maskapai masing-masing untuk saling mengakses zona penerbangan. Dengan kata lain, maskapai dari Belarus tak bisa lagi mengakses zona penerbangan Amerika dan berlaku sebaliknya.
"Kami mendesak administrasi Presiden Alexander Lukashenko untuk mengizinkan investigasi yang kredibel atas peristiwa 21 Mei, ketika pesawat Ryanair dengan rute penerbangan Mesir - Lithuania dipaksa turun di Minsk," ujar juru bicara Kepresidenan Amerika, Jen Psaki, Sabtu, 29 Mei 2021.
Psaki melanjutkan, Amerika juga berkoordinasi dengan rekan-rekan di Uni Eropa soal siapa saja pejabat Belarus yang patut dikenai sanksi. Sejauh ini, kata Psaki, kedua negara sudah memiliki daftar potensial.
"Mereka (yang berada di daftar) adalah orang-orang yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia serta korupsi, termasuk manipulasi hasil Pemilu 2020 dan peristiwa 23 Mei," ujar Psaki menegaskan.
Jika sanksi ini terealisasi, maka akan jadi sanksi kesekian dari Amerika untuk Belarus. Tahun lalu, Amerika memberikan sanksi terhadap delapan pejabat Belarus atas manipulasi hasil pemilu 2020.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko sempat mengumumkan dirinya terinfeksi virus corona pada Juli 2020. Sebelum terinfeksi, Alexander pernah pernah membagikan tips untuk kebal corona yang berbeda dengan saran ahli kesehatan, di antaranya meminum 50 ml vodka, mengunjungi sauna, dan tetap bekerja di lapangan. BelTA / Handout via REUTERS
Amerika juga memiliki "full blocking sanctions" terhadap sembilan BUMN Belarus yang bisa diaktifkan kembali. Menurut laporan Reuters, Amerika akan mengaktifkannya pada 3 Juni nanti, melarang perusahaan Amerika untuk berbisnis dengan sembilan BUMN tersebut.
Insiden pembajakan Ryanair terjadi pada Ahad pekan lalu ketika Pemerintah Belarus mengerahkan jet tempur untuk memaksa turun pesawat yang membawa jurnalis oposisi Roman Protasevich dan kekasihnya ke Lithuania. Pemerintah Belarus menggunakan alasan bom di pesawat untuk memaksa pilot Ryanair mendaratkan pesawat di Minsk.
Protasevich bersama kekasihnya langsung ditangkap begitu pesawat mendarat di Minsk. Protasevich sendiri dikabarkan sudah panik ketika mendapati jet tempur MIG-29 tiba-tiba muncul di dekat pesawat yang ia tumpangi. Di momen itu, Protasevich menyadari dirinya akan ditahan, paling buruk dihukum mati, atas perlawanannya terhadap Pemerintah Belarus.
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, mengklaim rencana-rencana sanksi dari negara-negara Barat adalah upaya untuk menyudutkannya. Ia merasa tidak bersalah dalam insiden Ryanair dan menyebutnya sudah sesuai dengan hukum penerbangan internasional. Jika Belarus sampai dikenai sanksi, Lukashenko mengatakan bakal ada reaksi keras.
Baca juga: Presiden Belarus Tuduh Negara Barat Gunakan Insiden Pesawat untuk Menyerangnya
ISTMAN MP | REUTERS