TEMPO.CO, Jakarta - Bulan ini, tiga perusahaan Korea Selatan dan polisi Seoul harus menarik iklan dan konten lainnya setelah kelompok hak asasi pria mengklaim bahwa simbol "penis kecil" digunakan untuk menghina pria.
Gambar tangan yang menampilkan ibu jari dan jari telunjuk seakan mau mencubit suatu objek. Tetapi gestur itu juga sering digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang berukuran kecil dan di Korea Selatan, ini dikaitkan dengan kelompok feminis yang menggunakan gambar dalam logonya.
Dan ternyata salah satu iklan sosis juga menggunakan gambar serupa.
Karena iklan itu, kantor pusat jaringan toko supermarket terbesar di Korea Selatan, GS25, diprotes beberapa anggota dari kelompok pria dari "Man on Solidarity".
Saluran YouTube grup, yang mengunggah video protesnya, telah memperoleh lebih dari 200.000 subscriber hanya dalam dua bulan.
Dikutip dari Reuters, 28 Mei 2021, GS25 kemudian menarik iklannya dan restoran ayam goreng Genesis BBQ menarik menunya, meminta maaf dan menyatakan bahwa mereka tidak berniat merendahkan pria.
Kakao Bank Corp telah meminta maaf atas gambar tangan serupa di salah satu iklannya dan polisi Metropolitan Seoul juga melepaskan gambar tangan mencubit dari iklan lalu lintas jalan dengan mengatakan ingin menghindari kesalahpahaman.
Kontroversi ini adalah gejolak terbaru dalam polemik atas hak-hak gender di Korea Selatan yang telah mengadu domba kelompok pria dan perempuan satu sama lain, dan yang juga mengakibatkan polisi menyelidiki apakah komedian perempuan Park Na-rae melanggar undang-undang dengan lelucon kasar pada bulan Maret.
Lelucon Park di YouTube menampilkan action figure Stretch Armstrong yang lengannya ditarik ke dekat area kemaluan.
Park, 35 tahun, dan agensinya JDB Entertainment mengeluarkan pernyataan meminta maaf dan saluran YouTube-nya dihapus. Polisi mengatakan akan menyelidiki masalah ini setelah pengaduan diajukan di situs web yang dibuat untuk menangani keluhan warga, meskipun masih belum jelas apakah tuntutan akan diajukan.
Park dan agensinya tidak berkomentar atas tindakan polisi.
Kim Garo, direktur divisi kebijakan perempuan di Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga, mengatakan meski masalah misogini dan misandri bukanlah hal baru di Korea Selatan, tetapi konflik baru-baru ini melibatkan perusahaan dan individu.
Dia mengatakan sulit bagi pemerintah untuk ikut campur ketika protes berupa tindakan konsumen, tetapi akan terus melakukan program yang mengundang laki-laki dan perempuan muda untuk membahas isu-isu seperti kesetaraan gender dan pekerjaan.
Park Jun-young, seorang mahasiswa sekolah pascasarjana teknik berusia 27 tahun, mengatakan dia termasuk di antara orang-orang yang berpikir bahwa pria sekarang dirugikan.
"Feminisme di Korea Selatan dimulai dengan kesetaraan gender, memungkinkan perempuan memiliki akses yang sama dan mendobrak batasan, tapi itu berubah menjadi sesuatu di mana pria muda saat ini, yang tidak lebih baik dari perempuan pada usia yang sama, telah menjadi sasaran kritik," katanya.
Ketika Presiden Moon Jae-in berkuasa pada 2017, dia berjanji untuk menjadi presiden kesetaraan gender, berjanji untuk berbuat lebih banyak untuk memperbaiki ketimpangan hak bagi perempuan di Korea Selatan.
Korea Selatan memiliki salah satu kesenjangan upah terbesar di antara negara OECD mana pun dan perwakilan politik yang rendah untuk perempuan yang hanya memiliki 19% kursi parlemen. Sejak Moon, perempuan telah melihat beberapa peningkatan dalam upah dan juga berhak atas subsidi pemerintah yang lebih besar daripada pria ketika memulai bisnis baru.
Namun, para ilmuwan politik mengatakan, banyak pria muda sekarang merasa kebutuhan dan hak mereka sendiri tidak cukup diakui, menambah ketidakpuasan yang meluas atas kurangnya kesempatan kerja bagi kaum muda.
"Sentimen anti-feminis kuat di antara pria berusia 20-an dan awal 30-an, serta generasi yang menjadi dewasa," kata Jeong Han-wool, seorang peniliti senior di Hankook Research Company, kepada Reuters.
Penelitian untuk buku 2019 yang dia tulis bersama menemukan 58,6% pria Korea berusia 20-an mengatakan mereka sangat menentang feminisme.
Itu memperumit prospek Partai Demokrat yang sedang berkuasa karena berupaya terpilih kembali tahun depan ketika masa jabatan lima tahun Moon berakhir.
Partai Demokrat Korea Selatan juga kehilangan dukungan di kalangan perempuan setelah berbagai skandal pelecehan seksual yang melibatkan politisinya, berkontribusi pada kekalahan telak dalam pemilihan wali kota Seoul dan Busan baru-baru ini.
REUTERS