TEMPO.CO, Jakarta - Cina pada hari Jumat mengucapkan selamat kepada Presiden Suriah Bashar al Assad karena memenangkan masa jabatan keempat dalam pemilihan yang menurut lawan politik dan negara Barat dicurangi.
Meski dikritik oleh Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris, pemimpin Suriah itu tetap mendapat dukungan kuat dari Cina.
Parlemen Suriah mengumumkan pada Kamis bahwa Assad memenangkan pemilihan hari Rabu dengan lebih dari 95% suara.
"Cina dan Suriah adalah teman baik sejak lampau," kata juru bicara kementerian luar negeri Cina Zhao Lijian mengatakan pada jumpa pers reguler di Beijing pada hari Jumat, dikutip dari Reuters, 28 Mei 2021.
"Cina dengan tegas mendukung Suriah dalam menjaga kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorialnya," katanya.
Tahun-tahun Assad sebagai presiden telah ditentukan oleh konflik selama satu dekade yang telah menewaskan ratusan ribu orang dan mengusir 11 juta orang, sekitar setengah populasi Suriah, dari rumah mereka.
Presiden Suriah Bashar al Assad, berdiri di samping istrinya Asma saat dia memberikan suaranya, selama pemilihan presiden negara itu di Douma, Suriah, pada 26 Mei 2021. [SANA / Handout via REUTERS]
Ketua parlemen Hammouda Sabbagh mengumumkan hasil pemilu pada konferensi pers hari Kamis, mengatakan jumlah pemilih sekitar 78%, dengan lebih dari 14 juta warga Suriah mencoblos.
Pemilu tetap berjalan meskipun PBB menyerukan pemungutan suara di bawah pengawasan internasional yang akan membantu membuka jalan bagi konstitusi baru dan penyelesaian politik.
Para menteri luar negeri Prancis, Jerman, Italia, Inggris dan Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan yang mengkritik Assad menjelang pemilu bahwa pemungutan suara tidak akan bebas atau adil. Turki, musuh Assad, juga mengatakan pemilihan itu tidak sah.
Kemenangan tersebut mengantarkan Assad, 55 tahun, tujuh tahun lagi berkuasa dan memperpanjang pemerintahan keluarganya hingga hampir enam dekade. Ayahnya, Hafez al-Assad, memimpin Suriah selama 30 tahun hingga kematiannya pada tahun 2000.
Tahun-tahun Assad sebagai presiden telah ditentukan oleh konflik yang dimulai pada tahun 2011 dengan protes damai sebelum berubah menjadi konflik yang rumit yang telah memecah belah negara Suriah, memunculkan faksi militan, dan menarik musuh asing.
"Terima kasih kepada semua warga Suriah atas rasa nasionalisme mereka yang tinggi dan partisipasi mereka yang penting....untuk masa depan anak-anak Suriah dan kaum mudanya, mari kita mulai besok kampanye kerja kita untuk membangun harapan dan membangun Suriah," tulis Assad di halaman kampanye Facebook-nya.
Tantangan terbesar Assad, sekarang setelah ia mendapatkan kembali kendali atas sekitar 70% negara itu, adalah ekonomi yang sedang merosot.
Pengetatan sanksi AS, keruntuhan keuangan negara tetangga Lebanon, pandemi Covid-19 yang menghantam pengiriman uang dari warga Suriah di luar negeri dan ketidakmampuan sekutu Rusia dan Iran untuk memberikan bantuan yang cukup, membuat prospek pemulihan tampak buruk.
Pawai dengan ribuan orang mengibarkan bendera Suriah dan memegang foto Assad sambil bernyanyi dan menari berlangsung sepanjang hari Kamis dalam perayaan pemilu.
Bashar al Assad mencalonkan diri melawan dua kandidat yang tidak jelas, mantan wakil menteri kabinet Abdallah Saloum Abdallah yang meraih 1,5% suara dan Mahmoud Ahmed Marei, kepala partai oposisi kecil yang secara resmi disetujui dan memperoleh 3,3% suara.
Baca juga: Profil Bashar al Assad, dari Dokter Jadi Presiden Suriah
REUTERS