TEMPO.CO, Jakarta - Kepala sayap militer Hamas mengatakan serangan Israel hanya menghancurkan lima persen terowongan di Gaza sembari mengklaim kemenangan atas Israel.
"Apa yang terjadi hanyalah latihan untuk apa yang akan terjadi jika Israel melanggar Masjid Al Aqsa. Penjajah harus sadar bahwa Al Aqsa memiliki orang-orang yang akan mempertahankannya," kata Yahya Sinwar pada Rabu, dikutip dari The New Arab, 27 Mei 2021.
Yahya Sinwar mengaku tidak takut dengan Israel yang mencoba membunuhnya, mengatakan akan menjadi kehormatan jika dia gugur.
"Hadiah terbesar yang bisa diberikan Israel kepada saya adalah dengan membunuh saya," kata Sinwar. "Saya lebih suka mati sebagai syahid oleh F-16 daripada mati karena virus corona atau penyakit lain," tegasnya.
Sinwar menambahkan bahwa Israel hanya berhasil menyebabkan kerusakan minimal pada persenjataan militer Hamas, mengklaim bahwa hanya lima persen dari terowongan kelompok yang rusak dalam serangan 11 hari tersebut.
Dia mengatakan bahwa Israel juga gagal membunuh pejuang Hamas dengan menyebarkan pernyataan menyesatkan ketika sebuah akun militer Israel mengisyaratkan bahwa serangan darat sedang dibuat.
"Israel gagal mengarahkan serangan untuk membunuh pemimpin politik, militer, dan keamanan kelompok perlawanan Palestina dan menghancurkan ruang komando dan kontrol mereka," katanya kepada wartawan di Gaza.
Militan Hamas Palestina mengambil bagian dalam unjuk rasa anti-Israel di Kota Gaza, 24 Mei 2021. Permusuhan Israel dan Hamas terbaru dipicu pada 10 Mei sebagian oleh serangan polisi Israel ke kompleks Masjid Al Aqsa. REUTERS/Mohammed Salem
Dalam pidato pertamanya sejak Operation Guardian of the Walls berakhir, Sinwar juga memperingatkan bahwa kelompok pejuang Hamas memiliki 10.000 syuhada di dalam Israel yang siap menanggapi jika Yerusalem diganggu.
Terlepas dari laporan bahwa serangan Israel menghancurkan sebagian besar jaringan terowongan Hamas yang dikenal sebagai "Metro", Sinwar mengklaim bahwa gerakan kelompok perlawanan Palestina memiliki lebih dari 500 km terowongan di Gaza dan bahkan tidak 5% dari terowongan yang terkena dampak serangan. Sinwar menambahkan bagian yang rusak akan diperbaiki dalam beberapa hari, Jerusalem Post melaporkan.
Yahya Sinwar mengatakan, tak lama sebelum gencatan senjata diberlakukan, Hamas telah merencanakan untuk menembakkan 300 roket sekaligus, dengan 150 roket diarahkan ke Tel Aviv, tetapi memutuskan untuk tidak melakukannya demi menghormati mediator Mesir dan Qatar. Sinwar mengklaim Hamas memiliki kemampuan meluncurkan ratusan roket per menit dengan jarak tempuh 100-200 km.
Gencatan senjata, yang ditengahi oleh Mesir dan dikoordinasikan dengan Amerika Serikat, dimulai pada Jumat setelah 11 hari pertempuran terburuk antara militan Palestina dan Israel dalam beberapa tahun.
Menurut laporan Reuters, ratusan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 254 orang di Gaza dan melukai lebih dari 1.900, kata petugas medis Palestina, dan menghancurkan atau merusak bangunan komersial, menara tempat tinggal dan rumah pribadi di seluruh daerah kantong pantai kecil.
Militer Israel mengatakan ada 13 korban tewas di Israel, dengan ratusan lainnya terluka ketika serangan roket oleh Hamas dan militan Palestina lainnya di Gaza menyebabkan kepanikan dan mengirim orang-orang sejauh Tel Aviv bergegas ke tempat perlindungan.
Baca juga: Komisioner HAM PBB Sebut Serangan Israel ke Gaza Kemungkinan Kejahatan Perang
THE NEW ARAB | JERUSALEM POST | REUTERS