TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson merespon tudingan mantan penasihatnya, Dominic Cummings, soal dirinya sepelekan pandemi COVID-19. Johnson berkata, dia membantah semua tudingan yang disampaikan Cummings, menganggapnya tidak berdasar.
Di depan Parlemen, Johnson menjelaskan bahwa pemerintah Inggris tidak pernah menyepelekan pandemi COVID-19. Dan, menurut dia, tidak ada satupun yang bisa menuding pemerintah menyepelekan pandemi COVID-19 secara kredibel.
"Kami sudah bekerja mati-matian untuk meminimalisir jumlah korban," ujar Johnson, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 26 Mei 2021.
Johnson melanjutkan bahwa tidak gampang merespon sebuah pandemi, apalagi yang semasif pandemi COVID-19. Ia berkata, setiap keputusan pengendalian memiliki resiko, tak terkecuali lockdown. Oleh karena itu, menurutnya, tidak pantas Cummings mengkritik upaya yang dilakukan pemerintah Inggris.
"Penanganan pandemi COVID-19 adalah salah satu hal tersulit yang pernah dihadapi negeri ini. Tidak ada keputusan yang mudah untuk meresponnya."
"Ketika kami memutuskan lockdown, itu hal yang traumatis untuk negeri ini. Merespon pandemi sebesar ini sangatlah sulit," ujar Johnson menegaskan.
Dominic Cummings, penasihat khusus untuk Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tiba di luar Downing Street selama wabah penyakit virus corona (Covid-19), London, Inggris, 14 Mei 2020. [REUTERS / John Sibley]
Diberitakan sebelumnya, Dominic Cummings menyebut mantan bosnya itu terlalu menyepelekan pandemi COVID-19. Saking menyepelekannya, kata Cummings, Johnson sempat menganggap COVID-19 sebagai takhayul dan meminta dirinya disuntik dengan virus itu sebagai pembuktian.
Cummings berkata, sikap Boris Johnson tersebut berdampak pada penanganan pandemi COVID-19. Inggris jadi telat merespon ancaman yang telah menewaskan 127 ribu warga mereka itu. Dampaknya, Inggris sempat menjadi negara paling terdampak pandemi COVID-19 di benua Eropa dengan angka kasus dan kematian melebihi tetangga-tetangganya.
Adapun Cummings menegaskan bahwa dirinya pun ikut bertanggung jawab atas lambannya respon Inggris. Salah satunya, dirinya gagal menyakinkan Boris Johnson untuk segera melakukan lockdown.
"Pada 14 Maret 2020, saya mengatakan Inggris harus segera lockdown, tapi rencana itu tidak dipertimbangkan. Ada kegagalan untuk menyadari betapa cepatnya virus COVID-19 menyebar," ujar Cummings yang membantu Boris Johnson memenangkan Brexit dan kursi PM Inggris.
Baca juga: Mantan Penasihat: Boris Johnson Sempat Minta Disuntik Virus COVID-19
ISTMAN MP | REUTERS