TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang terlibat dalam investigasi asal COVID-19 di Wuhan, Marion Koopmans, berharap ada kunjungan baru ke Cina. Menurutnya, investigasi kedua di Cina akan sangat membantu untuk mendapatkan data-data pelengkap soal asal COVID-19.
Jika kunjungan investigasi kedua itu bisa terlaksana, Koopmans berharap kegiatan itu dipisahkan dari audit atau informasi yang diberikan Cina. Selain itu, ia juga meminta tim investigasi diberikan independensi untuk mengunjungi dan meneliti titik-titik yang dirasa perlu tanpa harus izin ketat Pemerintah Cina.
"Menurut saya investigasi yang kami lakukan tidak bisa digabungkan (dengan apa yang dilakukan Cina). Kalian bisa mengatakan kami ingin melakukan inspeksi, investigasi lebih lanjut, atau bahkan keduanya. Namun, hal itu akan kami lakukan dengan mekanisme berbeda," ujar Koopmans, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 25 Mei 2021.
Koopmans adalah satu dari belasan pakar WHO yang menghabiskan waktu empat pekan di Cina pada awal tahun untuk meneliti asal usul COVID-19. Dari empat pekan itu, dua di antaranya mereka habiskan di tempat karantina karena kebijakan yang diterapkan Cina.
Anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal muasal virus corona atau COVID-19 mengunjungi pameran tentang Cina memerangi Covid-19 di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, 30 Januari 2021. WHO mengatakan berencana mengunjungi pasar makanan laut di pusat wabah awal serta Institut Virologi Wuhan. REUTERS/Thomas Peter
Selama investigasi berjalan, peneliti WHO hanya diperbolehkan meneliti dan mewawancarai sejumlah orang di titik-titik yang telah disetujui Cina. Selain itu, penelitian pun diawasi ketat. Hal itu lah yang menyebabkan pakar-pakar WHO mengatakan apa yang mereka lakukan lebih seperti audit dibanding investigasi.
Hasil dari kunjungan empat pekan tersebut adalah COVID-19 diyakini tidak berasal dari Cina, apalagi dari laboratorium di sana. Pakar WHO mengatakan, skenario yang paling memungkinkan saat ini adalah virus dibawa oleh hewan liar dari luar Cina. Skenario tersebut sejalan dengan klaim Cina selama ini bahwa COVID-19 berasal dari luar negeri.
Baru-baru ini, diskusi asal-usul COVID-19 kembali menjadi sorotan. Laporan agensi intelijen Amerika menyatakan salah satu periset di laboratorium virologi Wuhan sakit parah di 2019, sebulan sebelum pandemi COVID-19 meledak. Pemerintah Amerika menyakini virus tidak diciptakan di lab, namun tidak menyangkal bahwa investigasi lebih lanjut mungkin diperlukan.
Koopmans tidak menutup kemungkinan investigasi kedua asal COVID-19 di Cina bisa terjadi. Namun, ia berkata, hal itu kembali ke keputusan WHO yang tengah membahas rencana itu. "Hal yang ingin saya tegaskan (jika jadi investigasi) adalah kami meminta mandat yang jelas untuk riset, bukan audit," ujarnya menegaskan
Baca juga: Media Sosial Diminta Hapus Frasa Covid-19 Varian India, Kenapa?
ISTMAN MP | REUTERS